Jumat, 02 Oktober 2009
EM Festa Latin America 2009
Sep 14, 2009 EM Festa Latin America 2009 in Colombia - REPORT -
EM Festa Latin America was held in the Auditorium Corferias in Bogota, Colombia on July 24th.
EMTM activities from Latin American countries were presented to an audience of around 800 people.
View of the audience and panelists
EMTM application on animal husbandry presentation by Prof. Raul Botero’s, Mr. William Usher, our partner in Belize, reported the case study of EMTM treatment in sugar industrial waste and Mr. Cid Simoes, our partner in Brazil, lectured on EMTM application for hydroponics, among other meaningful presentations. Mr. Luis Quiros from EARTH University addressed Black Sigatoka Disease and the final lecture was conducted by Dr. Higa who added comments and reports on Colombia and EMTM case studies from other regions.
View of Mr. Cid Simoes' presentation and Dr. Higa's lecture
On the occasion of the EMTM Conference, there were EMTM products’ orientation and direct selling at the exhibition area. A multitude gathered asking eagerly for EMTM products and ceramics use.
Exhibition area
As the venue was an agricultural exhibition site, numerous cows and hogs were exhibited for the public. The allocated space for animals’ exhibition was 12,000 m2 where Activated EM-1® (shortly called as AEM-1, EMAS, EM Secondary) were spraying to the entire space daily eliminating bad odors.
Spraying Activated EM-1®
Note All presentations made during this conference can be downloaded from the Websites below:
Fundases: www.fundases.com
EM TechnologyTM Portal: www.em-la.com
back to Events and Topics
© 1994-2008 EM Research Organization, Inc. All Rights Reserved.
Organic Waste Recycle
Cajica City in Colombia started an organic waste recycle program in 2008 which consists of collecting organic waste from all households (11,000 households, 50,000 citizens) and then converting that waste into organic fertilizer for agricultural use.
Dr. Higa checking organic waste during his on site visit
Local high school students visit 5 households and teaches them how to use EMTM Bokashi to make compost. Also, elementary and junior high school students learn about EM Bokashi at school, therefore they can teach their parents the technique to make compost at home.
Dr. Higa with the EM instructors students at Cajica City
Today, this project is carried out in 24 cities in Colombia. Compost is collected once a week by a staff from the City Health Department. EMTM Bokashi and buckets are provided by Cajica City Office, and the collected waste compost is used for organic fertilizer and animal feed.
Collecting compost at the streets of Cajica City
Junior high school students explaining the use of EMTM Bokashi and buckets
Sabtu, 05 September 2009
PRINSIP KEADILAN DAN PRINSIP PERLINDUNGAN
Pertanian organik harus membangun
hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan
dan kesempatan hidup bersama.
Keadilan dicirikan dengan kesetaraan, saling
menghormati, berkeadilan dan pengelolaan dunia
secara bersama, baik antar manusia dan dalam
hubungannya dengan makhluk hidup yang lain.
Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat
dalam pertanian organik harus membangun hubungan
yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi
semua pihak di segala tingkatan; seperti petani, pekerja,
pemproses, penyalur, pedagang dan konsumen.
Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik
bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan
pangan dan pengurangan kemiskinan. Pertanian organik
bertujuan untuk menghasilkan kecukupan dan ketersediaan
pangan maupun produk lainnya dengan kualitas yang baik.
Prinsip keadilan juga menekankan bahwa ternak harus
dipelihara dalam kondisi dan habitat yang sesuai dengan
sifat-sifat fisik, alamiah dan terjamin kesejahteraannya.
Sumber daya alam dan lingkungan yang digunakan untuk
produksi dan konsumsi harus dikelola dengan cara yang adil
secara sosial dan ekologis, dan dipelihara untuk generasi
mendatang. Keadilan memerlukan sistem produksi, distribusi
dan perdagangan yang terbuka, adil, dan mempertimbangkan
biaya sosial dan lingkungan yang sebenarnya.
PRINSIP PERLINDUNGAN
Pertanian organik harus dikelola secara
hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan
kesejahteraan generasi sekarang dan
mendatang serta lingkungan hidup.
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan
dinamis yang menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat
internal maupun eksternal. Para pelaku pertanian organik
didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi
tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya.
Karenanya, teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada
perlu dikaji dan ditinjau ulang. Maka, harus ada penanganan
atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak utuh.
Prinsip ini menyatakan bahwa pencegahan dan tanggung jawab
merupakan hal mendasar dalam pengelolaan, pengembangan
dan pemilihan teknologi di pertanian organik. Ilmu pengetahuan
diperlukan untuk menjamin bahwa pertanian organik bersifat
menyehatkan, aman dan ramah lingkungan. Tetapi pengetahuan
ilmiah saja tidaklah cukup. Seiring waktu, pengalaman praktis
yang dipadukan dengan kebijakan dan kearifan tradisional
menjadi solusi tepat. Pertanian organik harus mampu mencegah
terjadinya resiko merugikan dengan menerapkan teknologi
tepat guna dan menolak teknologi yang tak dapat diramalkan
akibatnya, seperti rekayasa genetika (genetic engineering).
Segala keputusan harus mempertimbangkan nilai-nilai dan kebutuhan
dari semua aspek yang mungkin dapat terkena dampaknya,
melalui proses-proses yang transparan dan partisipatif
PRINSIP KESEHATAN DAN PRINSIP EKOLOGI
Pertanian organik harus melestarikan
dan meningkatkan kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai
satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip ini menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan
komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem;
tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang
dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia.
Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi
juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial
dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan
diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Peran pertanian organik baik dalam produksi, pengolahan,
distribusi dan konsumsi bertujuan untuk melestarikan dan
meningkatkan kesehatan ekosistem dan organisme, dari
yang terkecil yang berada di dalam tanah hingga manusia.
Secara khusus, pertanian organik dimaksudkan untuk
menghasilkan makanan bermutu tinggi dan bergizi yang
mendukung pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan.
Mengingat hal tersebut, maka harus dihindari penggunaan
pupuk, pestisida, obat-obatan bagi hewan dan bahan aditif
makanan yang dapat berefek merugikan kesehatan.
PRINSIP EKOLOGI
Pertanian organik harus didasarkan pada
sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Bekerja, meniru dan berusaha memelihara
sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Prinsip ekologi meletakkan pertanian organik dalam sistem
ekologi kehidupan. Prinsip ini menyatakan bahwa produksi
didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Makanan
dan kesejahteraan diperoleh melalui ekologi suatu lingkungan
produksi yang khusus; sebagai contoh, tanaman membutuhkan
tanah yang subur, hewan membutuhkan ekosistem peternakan,
ikan dan organisme laut membutuhkan lingkungan perairan.
Budidaya pertanian, peternakan dan pemanenan produk liar
organik haruslah sesuai dengan siklus dan keseimbangan
ekologi di alam. Siklus-siklus ini bersifat universal tetapi
pengoperasiannya bersifat spesifik-lokal. Pengelolaan organik
harus disesuaikan dengan kondisi, ekologi, budaya dan skala
lokal. Bahan-bahan asupan sebaiknya dikurangi dengan
cara dipakai kembali, didaur ulang dan dengan pengelolaan
bahan-bahan dan energi secara efisien guna memelihara,
meningkatkan kualitas dan melindungi sumber daya alam.
Pertanian organik dapat mencapai keseimbangan ekologis
melalui pola sistem pertanian, membangun habitat,
pemeliharaan keragaman genetika dan pertanian. Mereka yang
menghasilkan, memproses, memasarkan atau mengkonsumsi
produk-produk organik harus melindungi dan memberikan
keuntungan bagi lingkungan secara umum, termasuk di
dalamnya tanah, iklim, habitat, keragaman hayati, udara dan air
diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
PERTANIAN ORGANIK
didasarkan pada: Prinsip kesehatan
Prinsip ekologi
Prinsip keadilan
Prinsip perlindungan
Setiap prinsip dinyatakan melalui suatu pernyataan disertai dengan penjelasannya. Prinsip-prinsip ini harus digunakan secara menyeluruh dan dibuat sebagai prinsip-prinsip etis yang mengilhami tindakan.
PRINSIP - PRINSIP PERTANIAN ORGANIK
dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip ini berisi
tentang sumbangan yang dapat diberikan pertanian organik
bagi dunia, dan merupakan sebuah visi untuk meningkatkan
keseluruhan aspek pertanian secara global.
Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi
manusia, karena semua orang perlu makan setiap hari. Nilainilai
sejarah, budaya dan komunitas menyatu dalam pertanian.
Prinsip-prinsip ini diterapkan dalam pertanian dengan pengertian
luas, termasuk bagaimana manusia memelihara tanah, air,
tanaman, dan hewan untuk menghasilkan, mempersiapkan
dan menyalurkan pangan dan produk lainnya. Prinsip-prinsip
tersebut menyangkut bagaimana manusia berhubungan dengan
lingkungan hidup, berhubungan satu sama lain dan menentukan
warisan untuk generasi mendatang.
Prinsip-prinsip tersebut mengilhami gerakan organik dengan
segala keberagamannya. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan
bagi pengembangan posisi, program dan standar-standar IFOAM.
Selanjutnya, prinsip-prinsip ini diwujudkan dalam visi yang
digunakan di seluruh dunia.
Jumat, 28 Agustus 2009
Health Applications
When we talk about preventive medicine the basic key to being healthy is to strengthen your natural healing power. Therefore, we need to help return our environment (soil, water, air) to a healthy, natural state.
EM Technology™ combines the beneficial and fermentative microorganisms that exist throughout nature, and integrates the force of natural healing power and immune strength that exists in humans and the environment. We believe that when the environment becomes healthy so, too, will human beings. Combining this way of thinking with EM Technology™, we have created the concept of EM Wellness, and in order for people to actually experience this, we opened the EM Wellness Center Hotel Costa Vista Okinawa in April of 2006 in Okinawa, Japan.
There are many EM secondary products developed to promote human health. For product availablility, please consult an authorized distributor in your country.
Construction Applications
Recently the issue of "Sick House Syndrome" has arisen, and there is a greater awareness of the materials used in construction. If one inhales fumes from paint, new building materials and adhesives, one can get sick. Mold and housemites are also a factor in this illness.
In the construction industry, it is possible to enhance the functionality of materials though adding EM•1® or EM-X® ceramic products. The building's durability will be improved, and in actual construction it's been shown that the damage caused by adhesives and organic solvents can be reduced. At present EM•1® and EM-X® ceramics are being used in concrete in actual construction, and numerous buildings and houses have been completed implementing the use of EM Technology™ in construction materials right from the design. The best example of this is our EM Wellness Center in Okinawa, Japan. Instead of tearing down the decrepit building, the concrete building materials were revitalized through the use of EM Technology™, and the Center itself has successfully become a leading architectural model.
For specific application ratios and technical support, please consult an authorized distributor in your country.
Recycling Applications
Treating the variety and massive volume of waste produced by societies and human activities has become an increasingly critical issue for mankind and the global environment. In particular, currently there is no conclusive formula being used to deal with odors and production costs in garbage treatment plants (incinerators, final landfill sites, or landfills), and organic recycling composting facilities that use garbage and sewage.
Around the world, through the use of EM•1®, odors are being eliminated inside and outside of many facilities, which improves the quality of the working environment, reduces the cost of using deodorizers, disinfectants and pesticides, and reduces the amount of time needed for compost production.
For specific application ratios and technical support, please consult an authorized distributor in your country.
Wastewater Treatment Applications
Microorganisms are inevitable participants in the cleaning of water in nature. Even in conventional wastewater treatment methods such as the activated sludge process, the effects of microorganisms are utilized. All of us in our daily lives continue to produce pollutants, but it is through the activity of microorganisms that these pollutants are broken down and cleaned.
With the increasing pollution of water systems in recent years, it has been noted that the amount of pollution produced by humans far exceeds the cleaning capacity of nature. The spread of the use of chlorine destroys the critical microorganisms that have self-cleaning functions, a contradiction that intensifies the deterioration of the environment.
Along with increasing the diversity of microflora, EM•1® suppresses putrefaction and ferments pollutants, transforming them into materials that can be utilized by other living beings, and helps recover and reinforce the self-cleaning function within nature.
For specific application ratios and technical support, please consult an authorized distributor in your country.
Aquaculture Applications
In Japan there are many volunteer organizations that are using EM•1® to help the sea regain its abundance. One aspect of this involves a reduction in sludge in order to improve water quality. In EM treated areas seaweed and fish have made a comeback, with results that help promote the aquaculture industry.
The main cause of water pollution is discharge from homes, and the vast majority of pollutants can be treated with EM•1®. If EM outnumbers putrefactive bacteria in places where these discharges flow, pollutants will ferment and break down rather than putrefy, and other microbes and plankton will utilize the materials that EM produces.
When this kind of environment is established, higher level predators increase and the energy from the pollution sources can be converted to life-enhancing energy. The desertification of the oceans has led to a depletion of aquaculture resources, and to a farming industry and the contradictions inherent in an ad hoc technology on which it is based. Through the application of EM Technology™ it is possible to arrive at a comprehensive improvement in the surrounding environment.
For specific application ratios and technical support, please consult an authorized distributor in your country.
Livestock Applications
EM•1® has shown significant effects in reducing the odor of livestock waste and in accelerating the conversion into manure compost. In the livestock industry, animals are raised in overcrowded conditions in order to increase production, which leads to stress and to many harmful effects. However if EM•1® is sprayed in livestock pens, pollution from harmful microorganisms can be eliminated. The environment within the pens and the internal microflora of the livestock can both be improved, which in turn leads to a reduction of stress on the animals, higher quality milk, meat, eggs, and the suppression of diseases. Research has shown that EM•1® is completely safe to apply inside barns and pens, and can be mixed in the drinking water and feeds to promote overall health of the animals.
For specific application ratios and technical support, please consult an authorized distributor in your country.
Agricultural Applications
The intended purpose of agriculture is to consistently supply food that is safe for consumption. The ideal form of agriculture, as stated by Dr. Higa, is to achieve not only food production but also to protect the environment, resources and human health while being economically successful. Therefore, farming with the use of EM•1® has the following goals:
1. To produce food to maintain and improve human health
2. To create a situation that is both economically and physically beneficial to both producers and consumers
3. Can be implemented by anyone and has durability
4. To respect nature and be responsible for preserving the surrounding environment
5. To be flexible in accommodating the needs of food production according to population growth
When EM•1® is applied properly, we know with over 20 years of experience that EM Technology™ can specifically make the following possible:
* Decomposition of organic matter (including organic wastes and residues) and the improvement of fertilizer effects
* Recycling and increasing availability of plant nutrients
* Fixation of atmospheric nitrogen
* Suppression of soil-borne pathogens
* Solubilization of insoluble nutrient sources
* Production of polysaccharides and overall rich microflora to improve soil aggregation
Overall, the use of EM•1® is an economical way to promote a sustainable, resource-recycling agriculture that is environmentally friendly.
For specific application ratios and technical support, please consult an authorized distributor in your country.
HOW EM WORKS
There are now numerous fermented foods in the world, but most of these had their genesis in accidental discoveries. Sake was discovered when someone spit rice that had been in his mouth and later fermented, or when milk that was left in a leather bag fermented and turned into yogurt. These were not begun with any particular seed bacteria but show how beneficial microorganisms exist everywhere, in the air around us and on the surface of objects.
But the reality now is that the atmosphere dominantly contains a great deal of oxygen and oxidizing microorganisms that use oxygen to break down organic material. In most cases this oxidation results in putrefaction. Because of this, in the food processing industry, the technology of having pure beneficial bacteria, individually cultured, is highly developed.
In other environments such as soil and water, there is a higher concentration of microorganisms than in the air, and the overall situation can greatly change depending on the types of microorganisms present. For instance, in planted fields, if there are many putrefactive microorganisms, the crops will be prone to disease and there will be many injurious insects. In healthy fields, though, the crops will thrive. The difference between the two is usually stated in terms of the microflora. In any environment, living beings or microorganisms live in a balance, and depending on the type of microorganism, some will excrete substances in order to make a more favorable environment for them to live in.
In bad environments, though, what should be done to produce a breakthrough? In cases like this it is critical to transform the microflora. Increasing the number of beneficial microorganisms, such as those present in EM•1®, will change the environment.
Applying EM•1® will help revive the entire microflora. Generally 1 gram of soil will contain from a hundred million to one billion beneficial microorganisms, an amount that is not overwhelmingly large. But the microorganisms within EM•1® can take on a leadership role, and incorporate the existing microorganisms in the soil (opportunistic microorganisms) to get them to help improve the overall environment. In this context, EM•1® has an effect that goes beyond the amount applied to the soil.
In nature, the nutrition and environmental load of a water system will depend on the ecology in that particular area, and the water quality will be sustained by the functioning of a self-cleansing process. This ecology stands on an ecological pyramid with the microflora as the base, and the water is purified through the food chain of plankton, small animals, and fish that are sustained by the microflora.
However in polluted water systems, where pollution has built up and foul odors are produced, the amount of beneficial microorganisms will be reduced and putrefactive microorganisms will become dominant. Because of this, the purifying ability of the ecology will decrease, and a vicious circle will occur in which, as the nutrition and oxygen needed to sustain the ecology decrease, the ecology will be damaged even further.
Through applying EM•1®, a compound solution that has the ability to clean the environment, to this type of environment in which putrefactive microorganisms dominate, beneficial microorganisms will then dominate. As the microflora becomes more productive this will greatly change the ecological pyramid. Through this process, the natural ecology with no sludge or foul odor can be recovered.
Once beneficial microorganisms have assembled and their power has started to help a healthy environment to return, the system can be left alone and by itself it will track in a good direction. Sometimes just a single application of EM•1® is enough to create a healthy environment, while in other cases 100 applications may be needed. The difference depends on the microflora in the place where EM•1® is applied, and the condition of the surrounding environment. The point is this: in order to fully bring out the power of EM•1®, it should be applied and reapplied until a healthy environment starts to appear.
ABOUT EMRO
We call the technology that utilizes EM•1®, EM Technology™. There are many applications of EM Technology™, within the fields of agriculture, waste treatment, construction, education, welfare, health and more. EM Technology™ makes it possible to reuse resources which can lead to cost savings. Through EM Technology™, various environmental problems can be solved and a comfortable living environment can be provided to everyone.
Research and Development in relation to EM•1® Products
Our office not only oversees the manufacturing of EM•1® Products around the world, we conduct microbial research specifically related to Effective Microorganisms™ developed by Dr. Higa. This allows us to continuously improve our quality control standards.
As EM•1® spreads, various kinds of secondary products have been developed. We apply our own exclusive technology and know-how to actively implement joint technological and product developments. We strive to create value added natural products.
Serving Communities
We promote and introduce EM Technology™ to municipalities at local and national levels. Two examples of governmental projects include working on a sanitation project for the improvement of environmental health with the Ministry of Health of Kenya, and the introduction of EM Technology™ with the Vietnamese Ministry of Science, Technology and Environment. We also offer technical support to Non-Profit Organizations (NPOs) and Non-Governmental Organizations (NGOs) around the world, such as Asia Pacific Natural Agriculture Network (Thailand), EARTH University (Costa Rica), Jeonju University (South Korea), Meio University (Japan), United Networks For Earth Environment (U-Net of Japan), EM Bokashi Network (Japan), and Environment Learning Network (EL-Net of Japan). The number of NPOs that apply EM•1® has increased every year in efforts to create a better environment for future generations.
Jumat, 07 Agustus 2009
What is EM (Effective Microorganisms) ?
EM•1® is a liquid containing many co-existing microorganisms. The major groups of microorganisms in EM•1® are lactic acid bacteria, yeast and phototrophic bacteria. EM™ was first developed in 1982 as an alternative to chemicals in the field of agriculture. Through extensive research and experiments over time, EM™ became recognized as effective in various fields, including environmental remediation, composting organic waste, reducing odor in livestock operations, treating wastewater and many more. We call the technology that utilizes EM•1®, EM Technology™.
Budidaya Bawang merah Secara Organik
Budidaya Bawang Merah Secara Organik (*)
Jumat, 25 Juli 2008
Tertarik pada pertanian karena kami sekeluarga hidup di lingkungan masyarakat petani dan peternak sapi perah. Kegiatan dalam masyarakat sebagai anggota klub sepak bola dan sekretaris kelompok tani Subur Makmur.
Petani di daerah Batu sejak tahun 50-an telah menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia seperti DDT. Tahun 1980 mereka sudah mulai merasakan bahwa hasil produksi pertaniannya semakin merosot. Penggunaan pupuk dan pestisida meningkat jumlahnya seiring dengan mahalnya harga pupuk dan pestisida kimia. Dengan kemampuan yang pas-pasan saya berupaya dan mencari terobosan agar petani tetap mendapat keuntungan. Disinilah saya bergabung dengan petani lestari HPS Batu.
Di dalam tanah terdapat mahlk kecil yang dinamakan mikro organisme yang menghancurkan sisa-sisa mahluk hidup dari hewan atau tumbuhan. Hasil penghancuran itu menjadi makanan bagi tumbuh-tumbuhan dan selanjutnya membentuk rantai makanan yang tidak pernah berhenti (daur ulang alami). Setelah manusia menemukan pupuk kimia untuk menyuburkan tanaman dan DDT untuk melindungi dari serangan hama, berkembanglah pemakaian pestisida untuk memberantas hama dan penyakit tanaman. Penggunaan pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan penurunan jumlah bahan organik tanah, PH tanah menurun, tanah menjadi kecut (masam), ditambah pemakaian pestisida yang berakibat matinya mikro organisme di dalam tanah, sehingga tanah menjadi mati/bantat.
Dengan terjadinya krisis, pupuk menjadi mahal bahkan ada yang naik 3 kali llipat sehingga petani tidak mampu membelinya. Biaya untuk bertanam menjadi semakin tinggi sedangkan hasilnya makin berkurang. Kerugian selalu terjadi sehingga membuat kami harus mementukan pilihan jalan keluar.
Menanam Bawang Merah Secara Organik
1. Tanah dicangkul agak dalam dan rumputnya diambil (kebruk kalet: bahasa petani Batu), selanjutnya digulut dengan lebar 80 cm.
2. Guludan ditaburi pupuk kandang
3. Pupuk kandang ditutup dengan tanah dan permukaan guludan dibuat rata. Pada musim penghujan permukaan guludan dibuat agak lebih tinggi agar tidak terendam air hujan. Tinggi guludan pada musim kemarau 30 cm dan musim hujan 40 cm.
4. Bibit yang sudah siap kemudian ditanam pada guludan (diponjo) dengan jarak 20 cm, kemudian ditutup menggunakan daun pahit-pahitan (daun yang rasanya pahit).
5. Tahap selanjutnya adalah penyiangan, menggemburkan tanah dan menguruk tanaman tipis-tipis sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
6. Pemberantasan hama dan penyakit menggunakan rendaman daun pahitan dan bawang putih.
7. Setelah cukup umur tanaman dicabut, diikat dan selanjutnya disiger.
Hasil yang Diperoleh
1. Penanaman pada waktu musim kemarau (dengan disiram), dengan bibit sebanyak 15 kg menghasilkan panen sebanyak 60 kg.
2. Penanaman pada musim hujan, dengan bibit sebanyak 50 kg menghasilkan panen sebanyak 200 kg.
Kendala dan Manfaat
Selama proses penanaman berlangsung selalu dibayangi keraguan karena seolah-olah menentang arus, meskipun dengan sistem pertanian organik berarti mengikuti hukum alam.
Paguyuban belum mampu memasarkan hasil panen sehingga terpaksa saya menjualnya seharga produk konvensional.
Kesimpulan
Bertani dengan sistem organik harus titen dan telaten sehingga pasti panen. Dengan sistem pertanian organik biaya yang dikeluarkan rendah, pengerjaan tanah mudah karena gembur. Sudah waktunya petani beralih sistem, meninggalkan sistem konvensional yang merugi dan merusak lingkungan, dengan sistem pertanian organik yang lestari.
(*) Ditulis ulang dari buku BELAJAR DARI PETANI, Kumpulan Pengalaman Bertani Organik yang diterbitkan atas kerjasama: SPTN-HPS-LESMAN-MITRA TANI
Belajar Organik, Belajar Sehat
Jumat, 03 Agustus 2007
Oleh: Omistriyah
(Pengurus KPM/ Kelompok Perempuan Mandiri),
pendamping Usaha Simpan Pinjam dan Kelompok Usaha
Bersama Pertanian – Bogor
Pada tahun 1998 saya mulai belajar bertani, mulai dari buka lahan sampai menanam. Waktu itu hanya satu petak dengan satu atau dua macam tanaman. Setelah berumur tiga minggu, saya pupuk dengan urea terus sampai tahun 2001. Awal tahun 2001 saya mulai mengenai Mas daniel (ELSPPAT-Bogor) dan kawan-kawannya. Mereka sering membicarakan pertanian organik. Saya juga diajak kak Ida (ELSPPAT, Bogor) ke lahan di Desa Geblug untuk melihat pertanian organik. Saya sering bertanya-tanya bagaimana pertanian organik ini…. Waktu itu saya sering memperhatikan Mas daniel di desa Cijulang yang sangat ulet dengan tanamannya. Lama saya belajar dan mengamati pertanian organik ini.
Awal tahun 2002 saya mulai semakin tertarik dengan tanaman organik. Selain mengurangi modal, juga karena pupuk urea semakin melonjak harganya. Saya mulai dengan sama sekali meninggalkan pupuk urea diganti dengan pupuk kandang. Pertama-tama, hasilnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk urea. Bahkan selama tiga kali saya gagal panen, hanya ada sedikit yang bisa dimakan. Dengan kesabaran walaupun rugi, rugi dan rugi tetap saja saya jalankan.
Setelah saya amati ternyata tanah itu keras seperti pasir dan didalamnya tidak ada bakteri-bakteri. Selanjutnya saya coba mengubur sampah dan pupuk kandang. Setelah lima belas hari sampai satu bulan, mulai ada bakteri-bakteri di dalam tanah. Kurang lebih setelah sembilan bulan tanaman mulai kelihatan agak subur. Panennya kadang bisa dijual, meski kadang hanya untuk dimakan saja. Itu hasil belajar di lahan sendiri dengancara tumpang sari, sistem rolling dan rotasi.
Selain itu saya juga belajar pertanian organik bersama kelompok ibu-ibu. Di Dusun Pangkalan sudah berjalan tiga bulan, di Dusun Cijulang sudah berjalan 2,5 bulan. Dimulai dengan belajar membuat kompos guna mengurangi penggunaan pupuk pabrik. (**)
(*) Di tulis ulang dari buku Belajar dari Petani
Penerbit: SPTN-HPS, LESMAN dan Mitra Tani
Petani Diminta Maksimalkan Penggunaan Pupuk Organik
Tuesday February 26th 2008, 4:04 pm
Filed under: Uncategorized
Penulis: Anam Masjhoedi, Media Indonesia Online
JEMBER–MI: Para petani diharapkan lebih memaksimalkan penggunaan pupuk organik karena bahan untuk membuatnya melimpah.
Hal itu diungkapkan Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono saat peresmian Laboratorium Somatic Embryogenesis di Kantor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (16/2).
“Batang padi, dan kotoran ternak merupakan bahan pupuk organik yang cukup banyak tersedia di sekitar kita. Sebaiknya bahan-bahan itu kita manfaatkan dari pada mubazir,” kata Anton.
Menurut Anton, dengan semakin efektifnya penggunaan pupuk organik, maka pemakaian pupuk anorganik akan makin berkurang. Hal ini berarti biaya pembelian pupuk oleh petani dapat ditekanserta subsidi pupuk yang harus ditanggung pemerintah juga akan semakin kecil.
Tahun lalu, menurut Mentan, pemerintah memberikan subsidi pupuk bagi petani sebesar Rp7,5 triliun. Dan tahun ini, subsidi pupuk meningkat menjadi Rp10 triliun dikarenakan harga pupuk internasional dan jumlah pupuk yang digunakan meningkat.
Lebih jauh, Anton menegaskan Deptan menolak ekspor pupuk pada tahun 2008 ini. Penolakan ini dimaksudkan agar tidak terjadi lagi kelangkaan pupuk, utamanya pada saat memasuki musim tanam padi.
“Kita sudah komitmen untuk tidak lagi ekspor pupuk pada tahun 2008 ini. Pupuk yang ada kita pakai untuk kebutuhan dalam negeri,” katanya.
Menurutnya, kebutuhan pupuk di Indonesia sangat fluktuatif. Kebutuhan biasanya meningkat saat memasuki musim tanam. Sedangkan produksi pupuk diproduksi secara tetap setiap bulan. Sehingga, sambungnya, saat kebutuhan pupuk meningkat dan pasokan dari pabrik pupuk tetap, akan terjadi kelangkaan pupuk.
“Sebenarnya tidak langka, tetapi karena pasokan tetap, dan permintaan meningkat, sering dikatakan pupuk langka,” ujarnya.
Menurut Anton, distribusi juga merupakan salah satu faktor terhambatnya pasokan pupuk. Kondisi cuaca yang tidak menentu, seringkali mengakibatkan pasokan pupuk terhambat.
“Produsen pupuk terbesar di Indonesia ada di Sumatra, dan distribusikan melalui laut. Sehingga kalau terjadi badai, maka distribusi pupuk melalui laut juga akan terganggu,” kata Anton. (AM/OL-06)
Kiat Hemat Belanja Pangan Organik
Monday June 30th 2008, 2:19 pm
Filed under: Uncategorized
KOMPAS. Jumat, 11 April 2008 | 11:17 WIB
Kekhawatiran akan isu penggunaan formalin, pestisida, zat pewarna, serta rekayasa genetika pada produk pangan, membuat produk organik semakin populer. Sayangnya harga produk pangan organik relatif mahal, sehingga hanya mereka yang berpenghasilan tinggi saja yang menjadi konsumennya.
Namun tak perlu khawatir, meski bujet terbatas Anda tetap bisa mengonsumsi produk makanan sehat. Ini dia tipsnya:
1. Belilah produk pangan organik di pasar tradisional sehingga Anda bisa mendapatkan harga lebih rendah daripada di supermarket.
2. Ingin membeli makanan organik dengan harga murah? Datanglah menjelang jam tutup toko. Masakan organik selalu dimasak tanpa menggunakan bahan pengawet, sehingga tidak bisa disimpan lama. Biasanya toko akan menjualnya setengah harga daripada menyimpannya.
3. Jangan segan bertanya pada kenalan, tetangga, atau saudara, yang sudah lebih dulu menjadi konsumen pangan organik. Mereka pasti tahu di mana membeli produk organik dengan harga murah.
4. Pelajari daftar belanja Anda. Pilah-pilah jenis bahan makanan apa yang sebaiknya merupakan produk organik, tidak harus seluruhnya. Misalnya jika Anda merasa khawatir dengan penggunaan pemutih pada beras, pilih beras organik. Memasukkan satu-dua item produk organik daripada tidak sama sekali.
5. Manfaatkan kupon potongan harga.
Saat ini produk pangan organik terus dipopulerkan. Sejumlah hipermarket bahkan secara berkala memberikan potongan harga pada beberapa produk organik yang dijualnya. Manfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapatkan produk pangan yang sehat.
6. Tanam sendiri
Menanam sayuran tak selalu harus dilakukan di lahan yang luas. Di halaman depan rumah atau di pot pun bisa. Anda bisa mencoba dengan jenis sayuran yang mudah ditanam, misalnya cabai, tomat, seledri, atau selada. Gunakan media tanam yang sesuai dan hindari pestisida dalam perawatannya. Lalu nikmati panen pangan organik dari ‘kebun’ sendiri.
Pemasaran Kacang Mete Organik
Tuesday September 16th 2008, 7:46 pm
Filed under: Uncategorized
KOMPAS-Selasa, 16 September 2008 | 19:06 WIB
ENDE, SELASA - Tahun ini pemasaran kacang mete organik dari kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur menembus pasar ekspor ke empat negara, yaitu Amerika Serikat, Singapura, Jerman, dan Australia. Sementara pada tahun lalu, ekspor kacang mete organik itu hanya ke AS, Jerman, dan Singapura dengan total sebesar 17,5 ton. Omzet ekspor waktu itu berkisar Rp1,4 miliar.
“Tahun ini ekspor tak hanya ke Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura, pihak Australia telah memastikan pemesanan. Banyak dari kalangan buyer dari luar negeri kini mengakui, kualitas kacang mete organik dari Flores kualitasnya terbaik di dunia dibandingkan dengan India dan Afrika,” kata Pemilik Usaha Dagang (UD) Nusa Permai Sucahyo Lukito, Selasa (16/9), di Ende, Flores.
Kacang mete organik produksi UD Nusa Permai di Kabupaten Ende mampu menembus pasar AS dan Eropa, sebab perusahaan keluarga itu telah memiliki sertifikat organik sejak tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Institute for Marketecology (IMO) Switzerland, lembaga sertifikasi internasional. (more…)
Membangun Kejayaan Teh dan Kopi
Thursday August 21st 2008, 12:02 pm
Filed under: Uncategorized
KOMPAS - Rabu, 20 Agustus 2008 | 08:05 WIB
Bondan Winarno
Di antara Temanggung dan Wonosobo, saya termangu dua kali. Di Desa Rowoseneng, dekat Temanggung, ada sebuah biara Katolik di tengah kebun kopi yang sangat luas. Tempat ini dikenal oleh umat Katolik yang menjadikannya sebagai tempat retret. Kopi dari Rowoseneng juga terkenal di kalangan penggemar kopi.
Beberapa belas kilometer dari Rowoseneng, di sebuah desa bernama Tambi, ada pula sebuah perkebunan teh yang luas. Perkebunan ini sudah mulai beroperasi sejak zaman Hindia-Belanda dulu. Bahkan, selain teh, di kebun ini dulu juga ditanam banyak pohon kina. Maklum, malaria saat itu sedang mewabah di dunia, dan pil kina diperlukan dalam jumlah besar.
Ada beberapa hal yang membuat saya termangu dengan nurani terusik. Pertama, di Rowoseneng saya melihat puluhan pekerja perempuan pemanen kopi yang harus berjalan beberapa kilometer mendaki dan menuruni bukit dengan memanggul karung berisi buah kopi seberat rata-rata 60 kilogram. Ada sentuhan kasih Katolik yang tampak di sana. Semua perempuan itu mengenakan sepatu kets seragam.
(more…)
Selasa, 30 Juni 2009
KYUSEI NATURE FARMING : FILOSOFI PERTANIAN MOKICHI OKADA
Kyusei dalam bahasa jepang berarti menjaga dunia, Kyusei Nature Farming (Kyusei Shizen Nogyo) dapat diartikan sebagai suatu "cara bertani yang tidak merusak ekosistem alami untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat, tanpa menggunakan pestisida kimia dan pupuk kimia "
Penerapan Kyusei Nature Farming hampir sama dengan pertanian organik (organik agriculture) dan pertanian alami (nature farming), yang sama-sama mempunyai tujuan untuk menghasilkan produk pertanian yang sehat, bebas polusi zat kimia dengan hasil yang optimum.
Pada thun 1930, sewaktu pupuk kimia, pestisida kimia, hormon dan zat pengatur pertumbuhan tanaman digunakan secara luas dalam dunia pertanian.
Mokichi Okada mencium suatu keadaan yang membahayakan akibat penggunaan zat kimia tersebut bagi kesehatan manusia, hewan serta menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan ekosistem di dalam dunia pertanian itu sendiri, yang akhirnya dapat menimbulkan bencana bagi umat manusia berupa penyakit dan kekurangan pangan.
Mokichi Okada meramalkan bahwa " metode pertanian yang meremehkan tenaga tanah, tanaman dan alami akhirnya akan merusak kondisi tanah dan lingkungan budidaya tanaman. memberikan efek yang tidak baik terhadap kesehatan mental dan dan fisik manusia, serta menciptakan krisis baru terhadap umat manusia. Prinsip Kyusei Nature Farming adalah belajar dari tenaga besar alam, yang lebih besar dari apa yang diketahui oleh manusia, dan membiarkan tanah menunjukkan kemampuannya secara penuh dengan memeliharanya secara baik
Mokichi Okada mengusulkan suatu metode pertanian alami model Kyusei yang sangat bertentangan dengan pertanian modern. Pada waktu itu tentu saja hal tersebut sangat ditolak keberadaannya oleh sebagian besar ahli pertanian dan petani.
Bagaimana mungkin kita harus menunggu tenaga besar alam untuk menghasilkan produk pertanian, sementara perut kelaparan dan telah terlihat dengan jelas bahwa tanaman yang diberi pupuk kimia memeberikan respon yang sangat positif bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, demikian pula hama atau penyakit tanaman yang diberi perlakuan pestisida kimia pasti musnah dibuatnya.
Ternyata apa yang diramlkan oleh Mokichi Okada terbukti kebenarannya, setelah manusia berusaha untuk menghasilkan produk pertanian dengan jalan menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia secara besar-besaran dalam dunia pertanian. Walaupun produksi dapat ditingkatkan lebih dari 25 % dalam jangka pendek, akan tetapi dalam jangka panjang akumulasi pupuk kimia dan pestisida kimia tersebut dapat menurunkan produksi pertanian secara kualitas dan kuantitas, bahkan lebih drastis lagi kondisi tanah dan lingkungan budidaya tanaman tidak bisa lagi ditanami suatu jenis tanaman tertentu karena akumulasi residu zat kimia di dalam tanah, serta timbulnya jenis penyakit dan hama baru yang menyerang tanaman.
Prinsip yang telah digariskan oleh Mokichi Okada dalam penerapan Kyusei Nature Farming adalah :
1. Harus mampu menghasilkan bahan pangan yang superior untuk peningkatan kesehatan manusia
2. Harus menguntungkan secara material dan secara spiritual kepada petani dan konsumen
3. Harus dapat menghasilkan produk pertanian yang berkesinambungan dan gampang dipraktekan oleh setiap orang
4. Harus seiring dengan alam dan menjaga lingkungan
5. Harus mampu menghasilkan bahan makanan yang cukup untuk kebutuhan seluruh umat manusia
Berpedoman dari prinsip tersebut Mokichi Okada percaya bahwa :
"Dunia dapat menjadi bahagia dan sejahtera, tanpa perang dan kekerasan bila penyakit, kemiskinan dan konflik didunia itu dihilangkan".
Sejarah telah membuktikan bahwa salah satu penyebab dari peperangan dan kemiskinan pada umat manusia adalah tidak cukupnya bahan makanan atau proporsi bahan makanan yang tidak seimbang antara kelompok yang kaya dan yang miskin.
II. Aplikasi
Untuk mencapai hasil yang optimum dalam penerapan Kyusei Nature farming adalah :
1. penginokulasian mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, pada tanah dan organ tanaman secara kontinyu.
2. Penggunaan mulsa untuk menyetabilkan suhu tanah dan mengurangi pertumbuhan gulma.
3. Pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage) atau tanpa pengolahan tanah (zero till age)
4. Pergiliran tanaman dan sistim tumpang sari.
5. Pengendalian secara biologis dan fisik terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, serta memanipulasi iklim mikro untuk menghambat serangan hama /penyakit tanaman.
6. Penambahan bahan organik, kompos, pupuk kandang atau pupuk hijau ke dalam tanah.
7. Penggunaan bibit tanaman yang sesuai dengan kondisi iklim dan tanah pada lahan yang akan ditanami.
III. Dunia Effective Microorganisms
Dalam penelitiannya yang lebih dari sepuluh tahun tersebut ditemukanlah suatu ramuan mikroorganisme tanah yang efektif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, yang diberi nama Effective Microorganisms (EM) tersebut dapat mengubah kondisi biologis tanah dari penyakitan (soil borne disease) menjadi tanah penekan penyakit (disease suppressive soils), tanah Zymogenik (Zymogenic soils) dan tanah sintetik (synthetic soils).
Pada kondisi tanah tersebut tanaman mampu mengekspresikan kemampuan pertumbuhan dan produksinya secara optimal. Bahan organik di dalam tanah di fermentasikan (bukan di uraikan) oleh EM menghasilkan gula alkohol asam amino dan asam organik lainnya yang langsung dapat diserap oleh perakaran tanaman.
Rupanya dengan sintesa filosofi pertanian Mokichi Okada dan hasil penemuan Teruo Higa dapat membuka cakrawala baru dalam dunia pertanian yaitu bagaimana menghasilkan produk pertanian untuk kehidupan umat manusia tanpa harus mengahncurkan kehidupan di alam.
Senin, 29 Juni 2009
Perkembangan Teknologi EM di Indonesia
Pengembangan Teknologi EM di Indonesia dilakukan melalui :
1. Penelitian dasar terapan yang dilakukan oleh peneliti dari berbagai lembaga
peneltian swasta dan pemerintah
2. Penerbitan informasi Teknologi EM dalam bentuk brosur, leflet, buku dan jurnal
ilmiah secara berkala
3. Mengadakan seminar dan pertemuan ilmiah lainnya yang diselenggarakan oleh lembaga
penelitian dan universitas
4. Mengadakan pelatihan dan pendidikan kepada petani, penyuluh pertanian dan guru
pertanian
5. Mengadakan kerjasama antara lembaga pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan
dan pelatihan kepada petani dan generasi muda dalam bidang pertanian
6. Mengadakan demonstrasi lapangan dan petak petak percobaan tentang penerapan
tentang Teknologi EM yang dilakukan oleh petani.
7. Mengadakan studi banding ke Pusat Pelatihan Kyusei Nature Farming di Saraburi
Thailand, yang dilakukan oleh petani dan penyuluh pertanian
8. Mengadakan studi banding ke daerah-daerah penerapan Teknologi EM di Jepang yang
dilakukan oleh pengambil keputusan
9. Mengadakan pelatihan tentang Teknologi EM di IPSA (Institut Pengembangan
Sumberdaya Alam) di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Materi
yang dipelajari adalah Teknologi EM di bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan,
Lingkungan, Industri, dan Kesehatan
Dalam usaha pengembangan Teknologi EM, IKNFS bekerjasama dengan instansi lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Instansi Pemerintah, Universitas, Lembaga-lembaga penelitian, Kelompok tani, Pemerintah pertanian dan lingkungan dan lain-lainnya.
Sabtu, 27 Juni 2009
F P E (Fermented Plant Extrac)
F P E selain dapat mengendalikan hama dan penyakit juga dapat meningkatkan kesehatan tanaman karena kandungan mikroorganinsme yang menguntungkan sangat banyak dan hal ini tentu saja berkolerasi terhadap peningkatan hasil atau produksi tanaman.
Tanaman yang dipakai untuk bahan FPE hendaknya yang masih segar. Ektrak ini mengandung asam-asam organik, zat-zat bio aktif dan zat-zat bermanfaat lainnya yang berasal dari rerumputan dan zat-zat anti oksidan yang banyak dikandung dari tamanan rempah dan tanaman obat
EM-5 (Pestisida Organik)
B O K A S H I
Secara umum bahan organik yang dapat digunakan sebagai bahan Bokashi adalah jerami padi, dedak, merang, sekam, limbah rumah tangga, sampah, dll. Semakin beragam bahan yang digunakan maka semakin beragam pula kandungan unsur hara dan mikroorganime yang dikandungnya.
Jumat, 26 Juni 2009
Aplikasi Teknologi EM-4 dalam Bidang Pertanian
Pemberian bahan organik ke dalam tanah tanpa inokulasi EM-4 terkadang akan membusukkan bahan organik tersebut dan menghasilkan unsur anorganik, yang diserap oleh perakaran tanaman dan menghasilkan panas dan gas beracun lainnya yang dapat mengganggu pertumbuhan akar tanaman
Selain memfermentasikan bahan organik di dalam tanah, EM-4 juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan mikoriza. Mikoriza membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekelilingnya. Ion fosfat dalam tanah yang sulit bergerak menyebabkan tanah kekurangan fosfat, dengan Teknologi EM hife Mikoriza dapat meluas dari misellium dan memindahkan fosfat secara langsung kepada inang dan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman.
EM-4 juga melindungi tanaman dari serangan penyakit karena sifat antagonisnya terhadap patogen yang dapat menekan jumlah patogen di dalam tanah atau pada tubuh tanaman. Dengan cara demikian, EM-4 dapat menyuburkan tanh dan meningkatkan produktifitas tanaman dengan biaya minimal. Aplikasi EM dapat berhasil guna apabila dibarengi dengan pemberian bahan organik yang telah difermentasi dengan EM atau lebih dikenal sebagai Bokashi, karena unsur yang dikandung Bokashi selain dapat dimanfaatkan oleh tanaman juga dapat dimanfaatkan mikroorganisme yang menguntungkan di dalam tanah untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam perkembangan selanjutnya pemanfaatan Teknologi EM di barengi dengan pendukungnya yaitu Teknologi Bokashi, EM-5 (pestisida organik) dan FPE (Fermented Plant Extrac)
Kamis, 18 Juni 2009
Microorganisme Utama dalam kultur Effective Microorganisms-4
Secara umum EM-4 mengandung mikroorganisme utama yaitu Bakteri Fotosintetik, Bakteri Asam Laktat, Ragi (yeast), Actinomycetes dan Jamur Fermentasi.
1. Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas spp)
Bakteri Fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri dan swasembada. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa yang bermanfaat dari sekresi akar-akar tumbuhan, bahan organik dan atau gas-gas berbahaya (misalnya hidrogen sulfida), dengan menggunakan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif dan gula, yang semuanya mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanamn.
Hasil-hasil metabolisme yang diproduksi oleh bakteri ini dapat diserap langsung oleh tanaman dan juga berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganime lainnya, sebagai contoh VA mycorhiza dalam zona perakaran akan bertambah karena tersedianya senyawa-senyawa nitrogen (asam amino) yang dikeluarkan bakteri fotosintetik yang berguna sebagai substrat. VA mycorhiza dapat hidup berdampingan dengan Azotobacter, sebagai bakteri pengikat nitrogen dan meningkatkan kemapuan tanaman leguminosa untuk mengikat nitorogen.
2. Bakteri Asam Laktat (Lactobasillus spp.)
Bakteri asam laktat menghasilkan aasam laktat dari gula dan karbohidrat lain yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik dan yeast (ragi). Berbagai jenis makanan dan minuman seperti yogurt dan asinan, sudah sejak lama di buat orang dengan menggunakan bakteri asam laktat. Namun bakteri asam laktat sendiri adalah suatu zat yang dapat mengakibatkan kemandulan (sterilizer). Oleh karena itu asam laktat dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan dan meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan organik. Bakteri asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan organik seperti lignin dan sellulossa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa-senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik. Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan untuk menekan pertumbuhan Fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang meenimbulkan penyakit pada lahan yang terus menerus di tanam.
3. Ragi / Yeast (Saccharomyces spp.)
Melalui proses fermentasi Ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman. Zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim yang dihasilkan oleh Ragi meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Serkresi Ragi adalah substrat yang baik untuk mikroorganisme efektif seperti bakteri asam laktat dan Actinomycetes.
4. Actinomycetes
Actinomycetes merupakan suatu group mikroorganime yang strukturnya merupakan bentuk antara bakteri dan jamur, mereka menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan bakteri. Actinomycetes dapat hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik. Dengan demikian kedua spesies ini sama-sama meningkatkan mutu lingkungan tanah, dengan meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.
5. Jamur Fermantasi
Jamur fermentasi (peragian) seperti Aspergilus dan Penecilium menguraikan bahan organik secara cepat untuk menghasilkan alkoho, ester, dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat yang merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya.
Tiap spesies Effective Microorganime (Bakteri Fotosintetik, Bakteri Asam Laktat, Ragi, Actinomycetes dan Jamur Fermentasi) mempunyai fungsi masing-masing. Namun bakteri Fotosintetik adalah pelaksana kegiatan EM yang terpenting. Bakteri fotosintetik mendukung kegiatan mikroorganime lain dan dilain pihak ia juga memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganime lain. (Dr. Ir. G.N. Wididana dan Ir. Muntoyah)
Manfaat Teknologi EM-4 dalam bidang Pertanian
Secara umum manfaat Teknologi EM dalam bidang pertanian adalah :
1. Memperbaiki sifat biologis, fisik, dan kimia tanah
2. Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi
3. Memfermentasi bahan organik tanah dan mempercepat dekomposisi
4. Menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan
5. Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah
TEKNOLOGI EM (Effective Microorganisms) DIMENSI BARU DALAM PERTANIAN MODERN
Dalam tahun 1980-an, Prof. Dr. Teruo Higa dari University of The Ryukyus, Okinawa, Jepang memeperkenalkan konsep EM atau Effective Microorganisms (EM) setelah mengadakan penelitian hampir 20 tahun tentang kehidupan microorganisme. Dalam penelitian tersebut sekelompok mikroorganisme effective yang bermanfaat oleh Prof. Dr. Teruo Higa telah dikembangkan dan digunakan sebagai salah satu cara untuk memperbaiki kondisi tanah, menekan pertumbuhan mikroba yang menimbulkan penyakit dan memperbaiki effisiensi penggunaan bahan organik oleh tanaman yang kemudian disebut dengan Effective Microorganims yang disingkat EM.
Teknologi EM merupakan bioteknologi yang dikembangkan sejalan dengan prinsip-prinsip pertanian yang berwawasan lingkungan, mengurangi atau menekan penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan memanfaatkan sistem alami untuk meningkatkan produktivitas tanah, mengurangi biaya produksi serta menghasilkan bahan pangan yang tidak terkontaminasi bahan kimia.
Alternatif baru ini di dasarkan pada penggunaan hasil-hasil alami seperti limbah hasil panen dan pupuk kandang. EM (Effective Microorganisms) yang dicampur dengan limbah bahan organik dapat dimasukkan kembali ke dalam tanah sebagai pupuk untuk meningkatkan kualitas tanah. EM bertindak sebagai agen pengendali secara biologis dengan cara menghambat efek fitopatogenik mikroorganisme tanah dan memfasilitatori dekomposisi senyawa beracun di dalam tanah. Teknologi yang menggabungkan berbagai mikroorganinme menguntungkan ini dapat digunakan untuk meningkatkan penganekaragaman biologi tanah, meningkatkan kualitas air, mengurangi kontaminasi tanah dan merangsang penyehatan dan pertumbuhan tanaman yang semua ini berarti meningkatkan hasil
Menurut Matsumoto, Y., (1993) Prinsip-prinsip pertanian alami yang dijadikan acuan dalam pengembangan teknologi EM adalah bahwa teknologi ini harus :
1. Menghasilkan bahan makanan yang aman dan bergizi untuk peningkatan kesehatan
manusia.
2. Secara ekonomis dan spiritual bermanfaat bagi petani dan produsen maupun bagi
konsumen.
3. Berkelanjutan dan dapat secara mudah dilakukan oleh setiap orang.
4. Melestarikan lingkungan.
5. Menghasilkan bahan makanan berkualitas tinggi yang cukup bagi penduduk yang
terus bertambah.
Teknologi EM dianggap sebagai dimensi baru dalam pertanian modern, sehingga didirikan Pusat Penelitian EM yaitu International Nature Farming Research Centre (INFRC) yang berpusat di ATAMI, Jepang. Pada Tahun 1989 diadakan suatu Konferensi International untuk memperkenalkan Teknologi EM ke wilayah Asia Pasific dan dalam Konferensi tersebut di bentuk APNAN (Asia Pasific Natural Agriculture Network)yang bertujuan membentuk jaringan International antara para ilmuwan dalam wilayah Asia Pasific, dalam rangka peningkatan penelitian, pendidikan, praktek dan teknologi pertanian alami yang akrab lingkungan. Kegiatan-kegiatan APNAN didasarkan pada prinsip-prinsip pertanian alami dan Teknologi EM. APNAN beranggotakan 15 negara di Asia Pasific, anatara lain Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Korea Selatan, Myanmar, Srilangka, Pakistan, India, Bangladesh, Bhutan, Nepal, Laos, New Zeland, Australia, dan Jepang.
Pada tahun 1991 di Brazil dibentuk Organisasi SANAN (South American Nature Agricultural Network), yaitu organisasi negara-negara Amerika Latin atau Amerika Selatan yang bergerak dalam bidang pertanian alami dengan Teknologi EM. Organisasi SANAN menyelenggrakan penelitian di beberapa negara anggota tentang sistem pertanian dengan biaya rendah (Low Input Farming System) yaitu dengan menggunakan Effective Microorganisme (EM) untuk memudahkan penerapan sistem pertanian alami sekaligus meningkatkan produksi.
Sejalan dengan pengaruh yang sangat positif dari Teknologi EM bagi pengembangan pertanian, maka banyak sekali badan atau lembaga penelitian yang mendukung pengembangannya teknologi ini antara lain adalah NFRD (Nature Farming Research and Development Foundation) yang berpusat di Santa Rosa Road California, Mokichi Okada Foundation nature Farming Departemen, berpusat Sao Paulo Brazil, Kyusei Nature Farming Societis yang berpusat di Jepang, Thailand Nature Farming Promotion, Association berpusat di Thailand, Korea Nature Farming Research Center yang berpusat di Kwonsonku, Korea Selatan, EMRO (Effective Microorganisms Research Organisation) berpusat di Jepang, dan lain-lain. EMRO adalah organisasi penelitian dan pengembangan Teknologi EM dan anggotanya lebih dari 30 negara. EMRO membiayai proyek penelitian dan penerapan Teknologi EM dalam skala yang luas, mensponsori seminar dan konferensi International tentang hasil-hasil penelitian Teknologi EM. (Dr. Ir. G.N. Wididana dan Ir. Muntoyah)
Jumat, 12 Juni 2009
Penawaran Pelatihan Pertanian Organik bagi yang Memasuki Masa Pensiun
Lamp. : 3
Perihal : Purna Karya Pelatihan Pertanian
Organik dengan Teknologi EM
Kepada :
Yth : Bapak Djoko Martono
PLN Pembangkitan Tanjung Jati 8 di Jepara
Di
Jateng
Dengan hormat,
Setelah pensiun para mantan karyawan akan kehilangan pekerjaan yang biasanya diikuti dengan kehilangan sumber penghasilan. Keadaan yang demikian dapat membuat para pensiunan kehilangan kepercayaan diri dan menimbulkan kejenuhan dalam hidupnya yang dapat pula berujung keadaan stress dalam dirinya.
Usia para pensiunan biasanya telah melewati usia produktif yang optimum, karena faktor usia para pensiunan perlu dibekali setidaknya suatu usaha/kegiatan yang produktif yang tidak membutuhkan tenaga, pikiran dan modal yang besar, sehingga para pensiunan tidak kehilangan pekerjaan dan penghasilan secara total. Untuk itu Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) yang mengembangkan penerapan Technology EM dalam berbagai kegiatan dapat membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada para pensiunan sambil wisata di Pulau Bali.
Teknologi EM adalah teknologi akrab lingkungan yang dapat diterapkan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan, industri, dan kesehatan.. Teknologi Effective Microorganisms (EM) pertama kali dikembangkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa, seorang Guru Besar Fakultas Hortikultura University of The Ryukyus Okinawa, Jepang. Sampai saat ini Teknologi EM telah dimanfaatkan dan dikembangkan oleh lebih dari 50 negara di dunia.
Program Pendidikan dan Pelatihan dengan Teknologi EM, kami adakan 8 hari 7 malam. Dengan jumlah peserta minimal 10 orang dan maksimal 18 orang. Jika berminat, dengan biaya pelatihan Rp. 5.000.000 / orang di transfer ke Rek. No. 0400890668 BCA Denpasar atas nama G N Wididana dan slip setoran di fax ke (0361) 223152 kepada Ir. Koentjoro Adijanto. Dimana jadwal pelatihan ditentukan kemudian dengan kesepakatan bersama. Pembayaran pendaftaran peserta pelatihan dikenakan biaya sebesar 50 % dari jumlah peserta pelatihan yang ikut dan lunas pada akhir pelatihan.
Demikian surat penawaran pelatihan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Denpasar, 12 Maret 2009
Ir. Koentjoro Adijanto
Kepala Pusdiklat Teknologi EM
Tembusan :
- Arsip
Kontak person :
Telp. 081 5575 9274 (Koentjoro/Yoyok)
Fax (0361) 228240
Minggu, 07 Juni 2009
Apa Itu IPSA
Institut Pengembangan Sumberdaya Alam ( IPSA ) merupakan sebuah lembaga pengembangan dan penelitian sumber daya alam yang mencakup bidang ilmu pengetahuan dan Teknologi guna mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam untuk pembangunan yang berkelanjutan. IPSA didirikan tahun 1997, hasil kerjasama dengan beberapa lembaga; antara lain Indonesian Kyusei Nature Farming Sociates ( IKNFS ), International Nature Farming Research Center ( INFRC ), Yayasan Bumi Lestari ( YBL ), Effective Microorganisms Research Organization ( EMRO ), Asian Pacific Natural Agricultural Network ( APNAN ).
Tujuan didirikannya IPSA adalah untuk mendidik dan melatih petani profesional agribisnis, peneliti, penyuluh pertanian, widyaiswara, mahasiswa, dan pengusaha yang memiliki minat dalam pengembangan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan Teknologi Effective Microorganisms ( EM ). Menyelenggarakan kerjasama dalam dan luar negeri tentang Teknologi EM.
Karena hal tersebut di atas maka di IPSA didirikanlah Pusat Pendidikan dan Pelatihan ( PUSDIKLAT ) Teknologi EM.
Materi Pelatihan
Program Pendidikan
PELATIHAN PERTANIAN TERPADU DENGAN TEKNOLOGI EM
Fasilitas :
· Menginap 3 malam di IPSA
· Menginap 1 malam di Denpasar
· Coffee break
· Makan pagi 3 x, makan siang 3 x, dan makan malam 3 x
· Transport dari / ke Denpasar ke IPSA (Singaraja)
· Termasuk kunjungan / rekreasi
· Makalah dan souvenir
· Minimal peserta 6 orang
PELATIHAN SEHARI PERTANIAN TERPADU DENGAN TEKNOLOGI EM (Menginap)
Fasilitas :
· Penginapan 1 malam di IPSA
· Coffee break
· Makan pagi, siang dan sore hari
· Makalah & Souvenir
· Minimal peserta 4 orang
PELATIHAN SEHARI PERTANIAN TERPADU DENGAN TEKNOLOGI EM (Tanpa menginap)
Fasilitas :
-
- Coffee break
- Makan siang
- Materi
- Minimal 10 orang
KUNJUNGAN PENGENALAN TEKNOLOGI EM (SD, SMP, SMA)
Fasilitas :
· Aqua
· Teori Teknologi EM dan Praktek
· Minimal 30 orang
MAGANG KERJA PENGENALAN TEKNOLOGI EM (satu minggu)
Fasilitas :
· Penginapan, makan 3 x sehari, makalah dan sertifikat
JADWAL PELATIHAN IPSA REGULER
(3 HARI – 4 MALAM)
Pukul | Uraian | Pembina |
|
Hari ke 0 (minggu) 15.00 - selesai | Berangkat menuju IPSA dengan lama perjalalanan 3 jam | Panitia | |
Hari ke 1 (Senin) 08.00 – 09.00 09.00 – 11.00 11.00 – 11.15 11.15 – 12.30 12.30 – 14.00 14.00 – 15.00 15.00 - 16.00 16.00 – 16.15 16.15 – 17.30 17.30 – 18.30 18.30 - selesai |
Sarapan Pengenalan IPSA dan Teknologi EM. Pertanian Terpadu Istirahat (Coffee break) Teknologi EM untuk Pertanian ISOMA (Istirahat, sholat, makan siang) Lanjutan Penjelasan Pertanian dan Kesehatan Teknologi EM untuk Lingkungan dan Industri Istirahat (Coffee break) Pembuatan EM aktif, FPE, EM 5, dan pupuk bokashi ISOMA – makan malam Diskusi Umum (Pemutaran vidio – EM Indonesia) |
Panitia Riksa Panitia Riksa Panitia Riksa Koentjoro Panitia Panitia Panitia | |
Hari ke 2 (Selasa) 08.00 – 09.00 09.00 – 11.00 11.00 – 11.15 11.15 – 12.00 12.00 - 12.30 12.30 – 14.00 14.00 – 15.30
15.30 – 16.00 16.00 – 18.00 18.00 – 19.30 19.30 - selesai |
Sarapan Teknologi EM untuk Perikanan dan Peternakan Istirahat (coffe break) Lanjutan penjelasan Teknologi EM untuk Ternak Pengenalan Produk Ramuan Pak Oles dan Biotor ISOMA (makan siang) Praktek bokashi pakan dan jamu ternak, silase, Rumah tangga (jeruk nipis untuk ngepel), Peninjauan lapangan di IPSA Istirahat (Coffee break) Kunjungan ke air panas (berendam – di Banjar) ISOMA – makan malam Pemutaran vidio EM Dunia - Hiburan Tarian Tradisional, |
Panitia N. Darma Panitia Jadiasa Panitia Jadiasa Panitia Panitia Panitia Panitia | |
Hari ke 3 (Rabu) 07.30 – 08.30 08.30 – selesai |
Sarapan – penerimaan sertifikat Perjalanan dari IPSA ke Denpasar / Kuta - Kunjungan ke petani dengan Teknologi EM - Makan siang - Kunjungan ke Produksi Pupuk Bokashi Kotaku - Menikmati pijat dan bokashi therapy - Menginap di Hotel – Denpasar / Kuta |
Panitia Panitia Panitia Panitia Panitia Panitia Panitia | |
Hari ke 4 (Kamis) 08.00 – 09.00 09.00 – 11.00 11.00 - 12.00 |
Sarapan Acara bebas Cek out dari Hotel – Menuju Bandara Ngurah Rai (*) Minimal jumlah peserta 8 orang @ Rp. 2.500.000,-/orang | |