SEBANYAK 34 siswa SMAN 3 Denpasar kelas XII IPA belajar ke Pak Oles
Green School (POGS) di Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar, Sabtu (23/8/2014).
Pagi itu rombongan siswa diterima oleh Kepala POGS, Koentjoro Adijanto.
Kehadiran siswa tersebut bertujuan mengaplikasikan pelajaran yang
didapat di sekolah.
Dra. Ni LB Kartini, pendamping siswa yang juga guru biologi di SMAN 3
Denpasar mengatakan tujuan berkunjung ke POGS merupakan upaya
mengaplikasikan proses pembelajaran di sekolah dengan kenyataan di
masyarakat dan sekaligus sebagai pembekalan pengetahuan siswa serta
pembentukan sikap menatal yang berkarakter.
“Apa yang siswa terima selama ini di dalam kelas bisa mereka
aplikasikan di sini. Siswa dapat bersentuhan langsung dengan tanaman
yang terdapat di kebun Pak Oles,” ujar Kartini, ditemani Dra. Ni Wayan
Atiri Dana dan Kadek Wiramarta SP.d.
Sementara itu Kepala POGS, Koentjoro Adijanto menceritakan cikal
bakal berdirinya PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) yang bergerak dalam
bidang obat tradisional dan pupuk untuk pertanian. Selain itu juga
memberikan informasi terkait berbagai jenis tanaman yang memiliki
khasiat obat yang selama ini dipakai Industri Obat Tradisinal (IOT)
KPOT. Selain itu siswa juga digiring untuk melihat berbagai jenis
tanaman obat yang terdapat di arel seluas 40 are itu.
Beberapa siswa terlihat serius mengamati berbagai jenis tanaman obat.
Selain itu mereka juga diajak melihat budidaya cacing yang terdapat di
POGS. Ni Komang Asri Novita Sari, salah satu siswa mengaku sangat
terkesan dengan berbagai tanaman obat yang ada di kebun Pak Oles.
Menurutnya ada beberapa jenis tanaman yang sering ia lihat namun tidak
tahu kalau tanaman tersebut memiliki khasiat obat.
”Sangat menarik, di sini terdapat banyak tumbuhan obat dan juga
berhubungan dengan pelajaran di sekolah,” ujarnya ditemani Ni Kadek
Sriwahyuni. WIR (KPO)
Senin, 19 Januari 2015
Study Banding Kunjungan Industri Mahasiswa Stikes Mega Rezky Makassar di Bali
SEBANYAK 40 mahasiswa Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mega Rezky Makassar didampingi dua dosen melakukan kunjungan industrike tanaman obat Ramuan Pak Oles di Pak Oles Green School (POGS) Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar Timur, Senin (17/11/2014). Rombongan mahasiswa diterima penanggung jawab POGS, Koentjoro Adijanto dan I Made Adi Suyasa, S.Farm, Apt, selaku Kepala Bagian Pemastian Mutu (QA) untuk pabrik I produksi Ramuan Pak Oles.
Sekretaris Prodi D3 Farmasi, Sirayul Firdaus, S.Si., mengatakan kehadiran mahasiswa Stikes Mega Rezky ke Indusutri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) merupakan program kunjungan industri yang rutin dilakukan setiap tahun. “Kunjungan ke tanaman obat Pak Oles, kami harapkan dapat menambah wawasan mahasiswa terkait herbal, karena selam ini mereka hanya medapatkan toeri di kelas. Disini bisa tahu pemanfaatan simplisia dari proses awal hingga menjadi sebuah produk yang dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat,” ujar Firdaus.
Firdaus mengungkapkan, “Kunjungan industri ini dilakukan selama delapan hari, selain ke berbagai industri juga menyasar lokasi obyek wisata yang terkenal didaerah kunjungan,” tutup Sirayul. Dalam kunjungan ke POGS, rombongan mahasiswa Stikes Mega Rezky mendapat penjelasan dari I Made Adi Suyasa terkait sejarah PT KPOT. Dimana cikal bakal berdirinya KPOT adalah di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng pada 1997.
“Di mana awalnya masih merupakan industri rumah tangga menghasilkan satu produk yaitu Minyak Oles Bokashi. Pada tahun 2000 berkembang menjadi Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Seiring bertambahnya jumlah item produk yang diproduksi berkembang menjadi Industri Obat Tradisional (IOT) KPOT yang berstandar BPOM,” ujar Adi. Adi juga menambahkan bila sebuah industri obat telah mengantongi tersertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Benar (CPOTB) berarti produk yang dihasilkan dari segi mutu dan keamanan telah terjaga.
Setelah mendapat cukup penjelasan, rombongan mahasiswa digiring keliling kebun untuk melihat berbagai jenis tanaman obat yang merupakan miniatur dari bahan baku Produk Ramuan Pak Oles di kebun seluas 40 are dibawah bimbingan Koentjoro. Sisih berganti mahasiswa melemparkan pertanyan terkait jenis tumbuhan dan maanfaatnya. Selain , rombongan juga dapat melihat budidaya cacing dan belut dengan sistem tumpang sari. * WIR (KPO)
Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) bekerjasama dengan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP)
IPSA didirikan pada tahun 1997 di desa Bengkel Kec. Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Bali
IPSA didirikan berdasarkan hasil
kerjasama beberapa lembaga antara lain Indonesia Kyusei Nature Farming
Societies (IKNFS), Efective Microorganis Research Organitation (EMRO),
Asian Pasific Natural Agricultural Network (APNAN), International Nature
Farming Research center (INFRC).
Latar belakang IPSA menekuni usaha Penerapan Teknologi EM dalam budidaya ikan. Teknologi Effective Microorganisme (EM) merupakan kultur campuran microorganism bermanfaat, sebagaian besar terdiri dari bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonos sp), bakteri asam laktat (lactobacillus sp) dan ragi / yeast (saccharomyces sp). Karena manfaatnya yang begitu luas, maka teknologi EM mendapat perhatian khusus dalam program pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh IPSA. Latar belakang IPSA menjadikan tempat usahanya sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dikarenakan ingin berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi dan pengalaman kepada masyarakat lain yang membutuhkan terutama di sekitar usahanya. Upaya peningkatan SDM sudah dimulai sebelum IPSA dikukuhkan sebagai P2MKP yaitu melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar tentang Penerapan Teknologi EM dalam budidaya ikan. Selain hal tersebut IPSA juga mempunyai komitmen membantu program pemerintah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dan tercapainya harapan pemerintah dibidang budidaya perikanan, juga rasa tanggung jawab berbuat kepada masyarakat.
Keberhasilan IPSA dalam mengembangkan
teknologi EM dalam budidaya ikan, pertanian organic dan obat tradisional
yang telah dicapai merupakan suatu proses perjalanan yang dilakukan
secara bertahap dan konsisten. IPSA merupakan model percontohan
pengembangan teknologi baru dalam berbudidaya ikan di Indonesia.
Berbagai kalangan masyarakat baik secara pribadi, kelompok maupun
instansi dari dalam dan luar negeri telah melihat keberhasilan IPSA.
Sampai dengan saat ini lebih dari sepuluh ribu orang telah berkunjung ke
IPSA.
Langganan:
Postingan (Atom)