Aplikasi EM Pada Peternakan
Beberapa Cara Aplikasi EM-4 Peternakan antara lain :
1.Air Minum
Campuran EM dengan konsentrasi ½ - 1% dalam air minum ternak, diberikan setiap hari. Hindari penggunaan antibiotika melalui minum agar EM tidak mati. Bersihkan bak air minum dan tempat minum ternak setiap hari. Pathogen dalam saluran pencernaan dan ada pada tempat minum akan tertekan, ternak menjadi lebih sehat.
2.Pakan
Semprotkan EM pada pakan yang segera akan diberikan, EM akan meresap dalam pakan dan masuk kesaluran pencernaan makanan bersama makanan.
3.Sanitasi Kandang
Semprot kandang, kotoran termasuk hewan ternak piaraan. Untuk menanggulangi bau busuk, menekan berbagai pathogen yang ada pada bulu dan kulit ternak, bulu atau kulit ternak akan lebih cerah dan bersih
4.Jamu Ternak
EM dapat dipergunakan untuk membuat jamu ternak. Pada ternak ayam dan bebek jamu dapat diberikan setiap hari dengan konsesntrasi 1 %, bila telah menggunakan jamu ternak pemberian EM pada air minum tidak diperlukan lagi, peternak ayam dan bebek membuat jamu sendiri dengan ramuan tradisional yang terdiri dari jahe, kencur, kunir, laos, bawang putih dan daun sirih. Bahan-bahan ini dirajang halus direndam/fermentasi dengan EM dan molase. Setelah seminggu jamu sudah siap dipakai. Bila diperhatikan dengan jamu ternak dari EM, kuning telur lebih tebal, bau amis berkurang sehingga sangat baik digunakan untuk telur asin. Orang - orang yang biasanya alergi telur, dengan telur EM tidak alergi lagi.
5.Silase
Sapi, kerbau kambing telah biasa diberikan silase larutan pada musim kemarau saat rumput juga sulit didapat. Em dapat digunakan sebagai probiotik pembuatan silase, rumput kering, jerami, pohon jagung kering dan lain-lain dapat diolah menjadi pakan ternak dengan dipotong kecil-kecil terlebih dahulu, potongan rumput kering ini ditaruh dalam bak drum atau tempat lain, ditaburi dedak halus dan disiram dengan EM sampai lembab dan dipadatkan. Pembuatan silase dilakukan secara berlapis lapis, dengan cara seperti diatas. Adonan ini kemudian ditutup rapat agar suasananya anaerob, setelah 5 hari adonan sudah berbau tape dan siap diberikan pada ternak. Karena proses fermentasi, kandungan gizi silase lebih tinggi dari asalnya dan dapat disimpan lebih lama untuk memenuhi kebutuhan pakan pada saat musim kemarau.
6.Pakan Daur Ulang
Pakan daur ulang dapat dilakukan pada peternakan ayam petelur, cara ini sangat membantu peternak pada saat harga telur menurun dan harga pakan naik. Pembuatanya cukup sederhana. Kotoran ayam dijemur kering, digiling dan dicampur dengan dedak, disiram dengan EM dan molase lalu difermentasikan dalam keadaan anaerob. Fermentasi hanya diperlukan 24 jam dan pakan daur ulang ini dicampur dengan konsentrat lagi pada saat pemberian. Biaya dapat ditekan sampai dengan 28 % dengan kesehatan dan produktifitas seperti semula.
Selasa, 25 Mei 2010
APLIKASI EM 4 PADA PERTANIAN
Aplikasi EM Pada Pertanian
Aplikasi teknologi EM bidang pertanian dapat dilakukan dalam bentuk :
1. Bokashi Padat
2. Bokashi Cair
3. EM Aktif
4. Fermentasi Ektrak Tanaman
5. Fermentasi Sari Buah
6. Fermentasi Kaldu Ikan
7. EM-5
1.BokashiPadat
Merupakan pupuk organic yang dibuat dari kotoran hewan, sampah, organic, jerami, sekam, serbuk kayu, serasah dan lain – lain, dicampur ( dedak, disiram, dengan EM dan Molase, selanjutnya difermentasi. Setelah difermentasi 1-2 minggu campuran bahan organic telah menjadi pupuk siap pakai, ditandai dengan adanya bau tape serta miselium putih dari cendawan mukor. Penggunaannya dibenamkan kedalam tanah disekitar daerah perakaran tanaman. Pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman akan lebih baik lagi bila disertai siraman EM-aktif setiap 1 – 2 minggu sekali.
2.BokashiCair
Dibuat dari kencing hewan ( sapi, babi, kelinci ) diberi/dicampu dengan EM dan molase difermentasi selama kurang lebih seminggu. Cara penggunaanya dicampur dengan air disiramkan ke tanah disekitar daerah perakaran. Sangat baik disiramkan diatas taburan bokashi. Enggunaan secara rutin selain memperbaiki fisik dan kimia tanah, dapat menekan berbagai pathogen secara efektif.
3.FermentasiEktrakTanaman
Formula ini lebih dikenal dengan nama fermented plant ekstrak (FPE) FPE dapat dibuat dari campuran berbagai tanaman rempah dan obat, tanaman yang berbau khas diambil daunnya saja, batang, kulit akar maupun buah. Bagian-bagian tanaman ini diektrak dan difermentasi dengan EM dan molase selama seminggu.
4.EMAktif
Dibuat dari EM asli dan molase yang dicampur dengan air sampai mencapai 20 kali kemudian difermentasi selama seminggu. Dalam pemanfaatannya diencerkan lagi dengan air sampai mencapai konsentrasi 1-2 permil disemprotkan pada daun tanaman atau disiramkan kedalam tanah. FPE dapat dipergunakan sebagai pengganti pestisida maupun fungisida, disemprotkan pada daun diatas tanah. Setiap hama biasanya peka terhadap ramuan tertentu. Meramu FPE merupakana seni tersendiri.. Banyak petani membuat ramuan sendiri untuk memberantas hamanya, tetapi Pak Oles telah membuat ramuan siap pakai yang diberi nama SAFERTO-5 ( Sari Fermentasi Tanaman Obat ) FPE disemprotkan pada tanaman secara berkesinambungan setiap 2 minggu. Karena pengaruh antioksidan dan bau yang khas, hama tidak kerasan dan pergi meninggalkan tanaman dengan tidak akan ada eksplosi dari hama.
5.Fermentasi Sari buah
Pada musim buah-buahan yang terbuang Buah-buah yang telah masak ini banyak mengandung nutrisi. Buah ini dapat diolah menjadi pupuk cair disemprotkan pada daun setelah buah-buahan diekstrak dan difermentasi dengan EM dan Molase. Produksi yang serupa namun bahannya dari rumput laut, telah dibuat oleh pak Oles dengan merek dagang SARULA-3. Penyemprotan tanaman secara rutin dengan formula ini dapat memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembentukan bunga dan buah.
6.Fermentasi Kaldu Ikan
Seperti halnya sari buah, kaldu ikan juga kaya akan nutrisi, kaldu ikan dapat dibuat menjadi pupuk cair disiramkan kedalam tanah untuk memperbaiki fisik, kimia, dan biologi tanah. Dalam pembuatannya ikan dipotong kecil-kecil direbus dan setelah kaldunya dingin difermentasi dengan air dan molase. Fermentasinya lebih lama sekitar 1 bulan. Fermented Fish Emulsion ini siap pakai bila telah tercium bau alcohol. Bila busuk berarti pembuatannya gagal karena terkontaminasi pathogen.
7.EM-5
EM-5 adalah campuran dari arak, cuka EM-4 molase dan air. Cara pembuatan dan pengemasannya dengan FPE. EM-5 ini adalah pestisidaorganik dengan teknologi EM untuk memberantas hama khusus untuk EM-5 dapat disimpan sampai 3 bulan asalkan tidak terkontaminasi pathogen.
Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan serta type tanah, aplikasikan teknologi EM dibidang pertanian dibedakan dalam 3 cara :
1. Aplikasi EM dilahan basah untuk tanaman padi sawah
2. Aplikasi EM dilahan kering untuk tanaman palawija, sayuran dan tanaman semusim
3. Aplikasi EM dilahan kering untuk tanaman tahunan seperti buah-buahan, cengkeh, kopi, kakau dan lain-lain.
Aplikasi Teknologi EM untuk Tanaman Padi Sawah
Masalah yang sering dialami oleh para petani padi sawah saat ini antara lain :
* Sering terjadi kelangkaan pupuk, dilain pihak pihak jadwal waktu pemupukan harus tepat.
* Biaya produksi selalu mengalami peningkatan disebabkan karena jumlah dan jenis sarana produksi yang dipergunakan terus meningkat.
* Meskipun penggunaan sarana produksi meningkat tidak diikuti oleh peningkatan produktifitas; produktivitas lahan sawah cenderung mengalami penurunan
* Air irigasi semakin terbatas dimusim kemarau dan kebanjiran dimusim hujan, resiko kegagalan panen oleh iklim dan hama semakin besar.
Secara bertahap namun pasti teknologi EM mampu menjawab masalah dan tantangan tersebut diatas. Teknologi EM adalah teknologi biaya rendah karena menggunakan limbah daur ulang dari sisa-sisa pertanian itu sendiri. Teknologi EM mudah dilaksanakan, mudah diajarkan kepada para petani, tidak membahayakan bagi petani maupun konsumen. Produktivitasnya berkelanjutan (tidak mengalami penurunan) dan akrab lingkungan. Berkualitas tinggi tidak tercemar kimia dan memerlukan air irigasi relative lebih sedikit dibanding dengan teknologi konvensional. Semakin lama sumberdaya alam terutama tanah, air dan udara semakin kecil mengakibatkan derajat kesehatan umat manusia akan semakin membaik.
Langkah-langkah penerapan teknologi EM untuk padi sawah adalah sebagai berikut :
1.PersiapanLahan
Sehabis panen, jerami jangan dibakar tapi dibabat rata diatas tanah, hamparkan dipermukaan tanah, serasah, rerumputan dan kotoran hewan juga disebar secara merata, taburkan juga bokashi 2 ton per hektar, genangi dengan air yang diberi EM aktif sekurang-kurangnya 100 liter em aktif per hektar. Genangan ini dibiarkan sekitar 3-4 minggu.
2.Pengairan
Setiap 2 minggu tanaman perlu disemprot dengan em aktif atau FPE dengan konsentrasi 1 (satu) permil, sampai tanaman padi dipanen. Pada saat awal masih diperlukan pupuk urea dengan dosis 50% dari dosis anjuran mengingat lahan sawah sekarang sudah sangat miskin dengan unsur “N”. Apabila dicermati akan ditemukan hal-hal sebagai berikut :
* Umur padi lebih panjang dari sebelumnya.
* Pada saat panen daun bendera sebagian masih hijau.
* Tanaman lebih tinggi dan jumlah anakan lebih banyak.
* Prosentasi biji hampa menurun, berat gabah seragam dan lebih berat dari sebelumnya.
* Semakin lama solum tanah semakin dalam, biota tanah seperti cacing, belut dan larva capung nampak lebih menonjol.
* Produktivitas meningkat. Petani lebih bergairah.
Aplikasi EM di Lahan Kering Tanaman Semusim
Tanaman semusim dalam uraian ini meliputi tanaman palawija seperti jagung, kacang tanah, kedelai tanaman sayur-sayuran, cabai tomat. Teknologi EM terhadap tanaman ini dapat dilaksanakan dalam minimum tillage malah tanpa pengolahan tnah sama sekali ( zero tillage). Yang lebih menarik lagi ialah bahwa dengan teknologi EM dapat dilaksanakan cara bercocok tanam yang disebut continuous cropping yaitu cara bercocok tanam tanpa pergiliran tanaman tanpa ke khawatiran adanya serangan hama dan penyakit tanaman. Tentu hal tersebut baru akan berhasil baik setelah beberapa generasi.
Teknologi EM yang memanfaatkan tenaga alam (power nature) melalui proses fermentasi bahan organic oleh mikroorganisme yang berguna akan dapat merubah kondisi biologis tanah dari tanah yang berpenyakit ( soil borne disease) menjadi tanah yang menekan penyakit ( disease suppreasive soil ). Tanah zymogenic dan tanah sintetik itu tanaman akan dapat berporoduksi secara normal sebab bahan organic dalam tanah akan difermentasi bukan diurai dan menghasilkan alcohol, gula, asam amino dan asam organic lainnya, senyawa ini berbeda dengan teori lama yang mengatakan bahwa akar tanaman hanya menyerap unsure anorganik dari penguraian bahan organic.
Oleh sebab itu bercocok tanam dengan teknologi EM dapat diselenggarakan dengan mudah, murah, ramah lingkungan serta hanya dengan waktu 1 – 2 minggu dapat dihasilkan bokashi siap pakai. Untuk maksud tersebut langkah yang diperlukan adalah :
Penyiapan lahan :
* Untuk pertama kali tanah perlu dicangkul atau dibajak dan dilanjutkan dengan membuat bedengan dengan ukuran yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Siapkan bokashi kurang lebih 2 ton dan kompos 20 ton / ha.
* Taburkan kompos dan bokashi diats bedengan, campurkan tanah dengan kompos dan bokashi.
* Tutup bedebfab dengan mulsa tebal minimal 5 cm
* Siram dengan EM aktif dengan konsentrasi 1 / mil sekurang-kurangnya 1 liter perm m2
Persiapan bibit :
* Tanah untuk persemaian dicampur dengan bokashi arang sekam diolah sebagai mana mestinya, disiram dengan larutan EM aktif dengan kosentrasi 1 %.
* Biji sebelum disebar direndam dengan larutan EM aktif dengan konsentrasi satu per seribu (1%) biji kecil seperti wortel dan selama 20 – 30 menit, biji mentimun 30 – 60 menit dan biji besar ( jagung kacang tanah dll ) selama 2-3 jam.
* Selama dipembibitan ( persemaian ) bibit disemprot dengan EM aktif atau FPE setiap minggu.
* Menjelang ditanam bibit dicelupkan kedalam larutan EM aktif dengan konsentrasi 1%.
* Penanaman dan pemeliharaan
* Taburkan bokashi 100 gram per m2 dilanjutkan dengan penanaman bibit.
* Siram dengan EM aktif 1-2 permil sebanyak 1 liter/m2
* Semprot dengan FPE 1 – 2 per mil setiap 1- 2 minggu, siram dengan EM aktif setiap 1 – 2 minggu sekali.
* Tanaman mati dan tanaman tua dicabut diganti atau disulam dengan bibit besar, gulma dicabut langsung dipakai mulsa pertahankan kelembababan dengan cara mulsa setiap 3-4 bulan dengan cara ini tidak diperlukan pengolahan tanah dan dapat dilaksanakan pola pertanaman berkelanjutan baik dengan pola tanaman khusus maupun tanaman campuran.
Aplikasi Untuk Tanaman Keras
Tanaman keras yang dimaksud adalah tanaman tahunan meliputi kopi, cengkeh, kakau, kelapa, tanaman buah-buahan, tanaman kayu seperti jati, sengon, gaharu, cendana dan lain-lain. Aplikasi EM pada budidaya tanaman tersebut dapat dilakukan dengan mudah oleh petani tanpa merubah kebiasaan dari petani yang bersangkutan. Aktivitas yang dilakukan antara lain :
1. Pemupukan
* Pupuk dapat diberikan dalam bentuk bokashi yang telah jadi maupun dalam bentuk kompos.
* Pemberian pupuk dalam bentuk Bokashi dapat dibenamkan dalam lubang – lubang disekitar daerah perakaran atau dibenmkan dalam lubang melingkar sejauh tajuk atau daun.
* Pada lahan miring untuk tanaman kopi cengkeh dan lain – lain, biasanya petani membuat rorak-rorak untuk mengurangi run off pada rorak ini dimasukan sampah serasah dedaunan bahkan pupuk kandang.
* Pada cara yang kedua, petani tinggal menyuiramkan EM aktif dengan konsentrasi 2/mil setiap minggu. Bila petani sempat menyiapkan bokashi lakukanlah seperti cara pertama, lakukan pemupukan 2 kali dalam setahun dosis sekurang-kurangnya 2 ton per hektar setiap kalinya.
* Baik cara pertama maupun cara yang kedua perlu diimbangi penyiraman dengan EM aktif atau penyiraman dengan fermentasi kaldu ikan setiap dua minggu sekali.
* Hal ini diperlukan agar keragaman microorganisme dalam tanah dapat terjaga demikian pula kelembabanya sehingga mikroorganimse yang berguna dapat berbiak secara optimal.
* Menjaga agar tanah selalu lembab adalah salah satu kunci keberhasilan dalam teknologi EM, Hal ini dapat dicapai dengan cara memberikan mulsa dengan ketebalan 30 cm.
2. Penyemprotan tanaman dengan EM aktif, FPE atau fermentasi sari buah
Penyemprotan tanaman dengan ketiga jenis formula tersebut dapat dilakukan secara bergiliran. Hal ini dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan pathogen serta memaksimalkan pertumbuhan daun, kuncup, bunga karena formula-formula tersebut dapat menampung pertumbuhan tanaman, mempercepat masaknya buah, mengurangi buah busuk, meningkatkan aktivitas asimilasi dan lain – lain.
3. Penanggulangan Penyakit Pada Batang
Banyak penyakit yang menyerang batang apabila dibiarkan dapat berakibat fatal. Untuk mengatasinya, celupkan kain roll kedalam EM aktif atau FPE atau EM-5 dengan kosentrasi 2 % balutkan pada batang, bila telah kering ulangi dengan prosedur yang sama.
Aplikasi teknologi EM bidang pertanian dapat dilakukan dalam bentuk :
1. Bokashi Padat
2. Bokashi Cair
3. EM Aktif
4. Fermentasi Ektrak Tanaman
5. Fermentasi Sari Buah
6. Fermentasi Kaldu Ikan
7. EM-5
1.BokashiPadat
Merupakan pupuk organic yang dibuat dari kotoran hewan, sampah, organic, jerami, sekam, serbuk kayu, serasah dan lain – lain, dicampur ( dedak, disiram, dengan EM dan Molase, selanjutnya difermentasi. Setelah difermentasi 1-2 minggu campuran bahan organic telah menjadi pupuk siap pakai, ditandai dengan adanya bau tape serta miselium putih dari cendawan mukor. Penggunaannya dibenamkan kedalam tanah disekitar daerah perakaran tanaman. Pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman akan lebih baik lagi bila disertai siraman EM-aktif setiap 1 – 2 minggu sekali.
2.BokashiCair
Dibuat dari kencing hewan ( sapi, babi, kelinci ) diberi/dicampu dengan EM dan molase difermentasi selama kurang lebih seminggu. Cara penggunaanya dicampur dengan air disiramkan ke tanah disekitar daerah perakaran. Sangat baik disiramkan diatas taburan bokashi. Enggunaan secara rutin selain memperbaiki fisik dan kimia tanah, dapat menekan berbagai pathogen secara efektif.
3.FermentasiEktrakTanaman
Formula ini lebih dikenal dengan nama fermented plant ekstrak (FPE) FPE dapat dibuat dari campuran berbagai tanaman rempah dan obat, tanaman yang berbau khas diambil daunnya saja, batang, kulit akar maupun buah. Bagian-bagian tanaman ini diektrak dan difermentasi dengan EM dan molase selama seminggu.
4.EMAktif
Dibuat dari EM asli dan molase yang dicampur dengan air sampai mencapai 20 kali kemudian difermentasi selama seminggu. Dalam pemanfaatannya diencerkan lagi dengan air sampai mencapai konsentrasi 1-2 permil disemprotkan pada daun tanaman atau disiramkan kedalam tanah. FPE dapat dipergunakan sebagai pengganti pestisida maupun fungisida, disemprotkan pada daun diatas tanah. Setiap hama biasanya peka terhadap ramuan tertentu. Meramu FPE merupakana seni tersendiri.. Banyak petani membuat ramuan sendiri untuk memberantas hamanya, tetapi Pak Oles telah membuat ramuan siap pakai yang diberi nama SAFERTO-5 ( Sari Fermentasi Tanaman Obat ) FPE disemprotkan pada tanaman secara berkesinambungan setiap 2 minggu. Karena pengaruh antioksidan dan bau yang khas, hama tidak kerasan dan pergi meninggalkan tanaman dengan tidak akan ada eksplosi dari hama.
5.Fermentasi Sari buah
Pada musim buah-buahan yang terbuang Buah-buah yang telah masak ini banyak mengandung nutrisi. Buah ini dapat diolah menjadi pupuk cair disemprotkan pada daun setelah buah-buahan diekstrak dan difermentasi dengan EM dan Molase. Produksi yang serupa namun bahannya dari rumput laut, telah dibuat oleh pak Oles dengan merek dagang SARULA-3. Penyemprotan tanaman secara rutin dengan formula ini dapat memacu pertumbuhan tanaman, merangsang pembentukan bunga dan buah.
6.Fermentasi Kaldu Ikan
Seperti halnya sari buah, kaldu ikan juga kaya akan nutrisi, kaldu ikan dapat dibuat menjadi pupuk cair disiramkan kedalam tanah untuk memperbaiki fisik, kimia, dan biologi tanah. Dalam pembuatannya ikan dipotong kecil-kecil direbus dan setelah kaldunya dingin difermentasi dengan air dan molase. Fermentasinya lebih lama sekitar 1 bulan. Fermented Fish Emulsion ini siap pakai bila telah tercium bau alcohol. Bila busuk berarti pembuatannya gagal karena terkontaminasi pathogen.
7.EM-5
EM-5 adalah campuran dari arak, cuka EM-4 molase dan air. Cara pembuatan dan pengemasannya dengan FPE. EM-5 ini adalah pestisidaorganik dengan teknologi EM untuk memberantas hama khusus untuk EM-5 dapat disimpan sampai 3 bulan asalkan tidak terkontaminasi pathogen.
Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan serta type tanah, aplikasikan teknologi EM dibidang pertanian dibedakan dalam 3 cara :
1. Aplikasi EM dilahan basah untuk tanaman padi sawah
2. Aplikasi EM dilahan kering untuk tanaman palawija, sayuran dan tanaman semusim
3. Aplikasi EM dilahan kering untuk tanaman tahunan seperti buah-buahan, cengkeh, kopi, kakau dan lain-lain.
Aplikasi Teknologi EM untuk Tanaman Padi Sawah
Masalah yang sering dialami oleh para petani padi sawah saat ini antara lain :
* Sering terjadi kelangkaan pupuk, dilain pihak pihak jadwal waktu pemupukan harus tepat.
* Biaya produksi selalu mengalami peningkatan disebabkan karena jumlah dan jenis sarana produksi yang dipergunakan terus meningkat.
* Meskipun penggunaan sarana produksi meningkat tidak diikuti oleh peningkatan produktifitas; produktivitas lahan sawah cenderung mengalami penurunan
* Air irigasi semakin terbatas dimusim kemarau dan kebanjiran dimusim hujan, resiko kegagalan panen oleh iklim dan hama semakin besar.
Secara bertahap namun pasti teknologi EM mampu menjawab masalah dan tantangan tersebut diatas. Teknologi EM adalah teknologi biaya rendah karena menggunakan limbah daur ulang dari sisa-sisa pertanian itu sendiri. Teknologi EM mudah dilaksanakan, mudah diajarkan kepada para petani, tidak membahayakan bagi petani maupun konsumen. Produktivitasnya berkelanjutan (tidak mengalami penurunan) dan akrab lingkungan. Berkualitas tinggi tidak tercemar kimia dan memerlukan air irigasi relative lebih sedikit dibanding dengan teknologi konvensional. Semakin lama sumberdaya alam terutama tanah, air dan udara semakin kecil mengakibatkan derajat kesehatan umat manusia akan semakin membaik.
Langkah-langkah penerapan teknologi EM untuk padi sawah adalah sebagai berikut :
1.PersiapanLahan
Sehabis panen, jerami jangan dibakar tapi dibabat rata diatas tanah, hamparkan dipermukaan tanah, serasah, rerumputan dan kotoran hewan juga disebar secara merata, taburkan juga bokashi 2 ton per hektar, genangi dengan air yang diberi EM aktif sekurang-kurangnya 100 liter em aktif per hektar. Genangan ini dibiarkan sekitar 3-4 minggu.
2.Pengairan
Setiap 2 minggu tanaman perlu disemprot dengan em aktif atau FPE dengan konsentrasi 1 (satu) permil, sampai tanaman padi dipanen. Pada saat awal masih diperlukan pupuk urea dengan dosis 50% dari dosis anjuran mengingat lahan sawah sekarang sudah sangat miskin dengan unsur “N”. Apabila dicermati akan ditemukan hal-hal sebagai berikut :
* Umur padi lebih panjang dari sebelumnya.
* Pada saat panen daun bendera sebagian masih hijau.
* Tanaman lebih tinggi dan jumlah anakan lebih banyak.
* Prosentasi biji hampa menurun, berat gabah seragam dan lebih berat dari sebelumnya.
* Semakin lama solum tanah semakin dalam, biota tanah seperti cacing, belut dan larva capung nampak lebih menonjol.
* Produktivitas meningkat. Petani lebih bergairah.
Aplikasi EM di Lahan Kering Tanaman Semusim
Tanaman semusim dalam uraian ini meliputi tanaman palawija seperti jagung, kacang tanah, kedelai tanaman sayur-sayuran, cabai tomat. Teknologi EM terhadap tanaman ini dapat dilaksanakan dalam minimum tillage malah tanpa pengolahan tnah sama sekali ( zero tillage). Yang lebih menarik lagi ialah bahwa dengan teknologi EM dapat dilaksanakan cara bercocok tanam yang disebut continuous cropping yaitu cara bercocok tanam tanpa pergiliran tanaman tanpa ke khawatiran adanya serangan hama dan penyakit tanaman. Tentu hal tersebut baru akan berhasil baik setelah beberapa generasi.
Teknologi EM yang memanfaatkan tenaga alam (power nature) melalui proses fermentasi bahan organic oleh mikroorganisme yang berguna akan dapat merubah kondisi biologis tanah dari tanah yang berpenyakit ( soil borne disease) menjadi tanah yang menekan penyakit ( disease suppreasive soil ). Tanah zymogenic dan tanah sintetik itu tanaman akan dapat berporoduksi secara normal sebab bahan organic dalam tanah akan difermentasi bukan diurai dan menghasilkan alcohol, gula, asam amino dan asam organic lainnya, senyawa ini berbeda dengan teori lama yang mengatakan bahwa akar tanaman hanya menyerap unsure anorganik dari penguraian bahan organic.
Oleh sebab itu bercocok tanam dengan teknologi EM dapat diselenggarakan dengan mudah, murah, ramah lingkungan serta hanya dengan waktu 1 – 2 minggu dapat dihasilkan bokashi siap pakai. Untuk maksud tersebut langkah yang diperlukan adalah :
Penyiapan lahan :
* Untuk pertama kali tanah perlu dicangkul atau dibajak dan dilanjutkan dengan membuat bedengan dengan ukuran yang sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Siapkan bokashi kurang lebih 2 ton dan kompos 20 ton / ha.
* Taburkan kompos dan bokashi diats bedengan, campurkan tanah dengan kompos dan bokashi.
* Tutup bedebfab dengan mulsa tebal minimal 5 cm
* Siram dengan EM aktif dengan konsentrasi 1 / mil sekurang-kurangnya 1 liter perm m2
Persiapan bibit :
* Tanah untuk persemaian dicampur dengan bokashi arang sekam diolah sebagai mana mestinya, disiram dengan larutan EM aktif dengan kosentrasi 1 %.
* Biji sebelum disebar direndam dengan larutan EM aktif dengan konsentrasi satu per seribu (1%) biji kecil seperti wortel dan selama 20 – 30 menit, biji mentimun 30 – 60 menit dan biji besar ( jagung kacang tanah dll ) selama 2-3 jam.
* Selama dipembibitan ( persemaian ) bibit disemprot dengan EM aktif atau FPE setiap minggu.
* Menjelang ditanam bibit dicelupkan kedalam larutan EM aktif dengan konsentrasi 1%.
* Penanaman dan pemeliharaan
* Taburkan bokashi 100 gram per m2 dilanjutkan dengan penanaman bibit.
* Siram dengan EM aktif 1-2 permil sebanyak 1 liter/m2
* Semprot dengan FPE 1 – 2 per mil setiap 1- 2 minggu, siram dengan EM aktif setiap 1 – 2 minggu sekali.
* Tanaman mati dan tanaman tua dicabut diganti atau disulam dengan bibit besar, gulma dicabut langsung dipakai mulsa pertahankan kelembababan dengan cara mulsa setiap 3-4 bulan dengan cara ini tidak diperlukan pengolahan tanah dan dapat dilaksanakan pola pertanaman berkelanjutan baik dengan pola tanaman khusus maupun tanaman campuran.
Aplikasi Untuk Tanaman Keras
Tanaman keras yang dimaksud adalah tanaman tahunan meliputi kopi, cengkeh, kakau, kelapa, tanaman buah-buahan, tanaman kayu seperti jati, sengon, gaharu, cendana dan lain-lain. Aplikasi EM pada budidaya tanaman tersebut dapat dilakukan dengan mudah oleh petani tanpa merubah kebiasaan dari petani yang bersangkutan. Aktivitas yang dilakukan antara lain :
1. Pemupukan
* Pupuk dapat diberikan dalam bentuk bokashi yang telah jadi maupun dalam bentuk kompos.
* Pemberian pupuk dalam bentuk Bokashi dapat dibenamkan dalam lubang – lubang disekitar daerah perakaran atau dibenmkan dalam lubang melingkar sejauh tajuk atau daun.
* Pada lahan miring untuk tanaman kopi cengkeh dan lain – lain, biasanya petani membuat rorak-rorak untuk mengurangi run off pada rorak ini dimasukan sampah serasah dedaunan bahkan pupuk kandang.
* Pada cara yang kedua, petani tinggal menyuiramkan EM aktif dengan konsentrasi 2/mil setiap minggu. Bila petani sempat menyiapkan bokashi lakukanlah seperti cara pertama, lakukan pemupukan 2 kali dalam setahun dosis sekurang-kurangnya 2 ton per hektar setiap kalinya.
* Baik cara pertama maupun cara yang kedua perlu diimbangi penyiraman dengan EM aktif atau penyiraman dengan fermentasi kaldu ikan setiap dua minggu sekali.
* Hal ini diperlukan agar keragaman microorganisme dalam tanah dapat terjaga demikian pula kelembabanya sehingga mikroorganimse yang berguna dapat berbiak secara optimal.
* Menjaga agar tanah selalu lembab adalah salah satu kunci keberhasilan dalam teknologi EM, Hal ini dapat dicapai dengan cara memberikan mulsa dengan ketebalan 30 cm.
2. Penyemprotan tanaman dengan EM aktif, FPE atau fermentasi sari buah
Penyemprotan tanaman dengan ketiga jenis formula tersebut dapat dilakukan secara bergiliran. Hal ini dimaksudkan untuk menekan pertumbuhan pathogen serta memaksimalkan pertumbuhan daun, kuncup, bunga karena formula-formula tersebut dapat menampung pertumbuhan tanaman, mempercepat masaknya buah, mengurangi buah busuk, meningkatkan aktivitas asimilasi dan lain – lain.
3. Penanggulangan Penyakit Pada Batang
Banyak penyakit yang menyerang batang apabila dibiarkan dapat berakibat fatal. Untuk mengatasinya, celupkan kain roll kedalam EM aktif atau FPE atau EM-5 dengan kosentrasi 2 % balutkan pada batang, bila telah kering ulangi dengan prosedur yang sama.
APLIKASI EM 4 PADA PERIKANAN
Aplikasi EM Pada Perikanan
1. EM Aktif
Dibuat dari EM-4 Perikanan dan molase yang dicampur dengan air sampai mencapai 20 kali kemudian difermentasi selama seminggu. Dalam pemanfaatannya dituangkan langsung ke tambak dengan dosis 1.500 liter / Ha. Dengan frekuensi pemberian 3 – 7 hari sekali sampai panen.
2.EM-5.
EM-5 adalah campuran dari arak, cuka EM-4 molase dan air. Cara pembuatan dan pengemasannya dengan FPE. EM-5 ini adalah pestisidaorganik dengan teknologi EM untuk memberantas hama khusus untuk EM-5 dapat disimpan sampai 3 bulan asalkan tidak terkontaminasi pathogen
3. Ekstrak bawang putih dengan EM-5
Campurkan 1 Kg. bawang putih yang telah diblender dengan 1 liter EM-5 dan tambahkan 8 liter air kemudian aduk secara merata dan gunakan setelah disimpan selama 24 jam. Gunakan pada pemberian pakan pertama dengan dosis 1 L/ 10 Kg.
4. Ekstrak pisang dengan EM-Aktif
Campurkan 10 Kg. pisang yang telah diblender dengan 20 liter EM-Aktif dan aduk secara merata dan simpanlah selama 24 jam sebelum digunakan.
Gunakan pada pemberian pakan kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan dosis 1 liter / 10 Kg. pakan.
Aplikasi Untuk Pengolahan Tanah Dasar Tambak
* Setelah tanah dikeringkan dan dicangkul atau dibajak, rendam dengan air sedalam 20 cm kemudian disiram dengan EM4 sebanyak 6 liter / ha. Biarkan selama 4 – 7 hari dan keringkan kembali selama 4 hari.
* Tanah dikapur sebanyak 300 Kg / ha dan pupuk dengan EM-Bokashi 1-5 ton/ha
* Diisi air dengan ketinggian 20 cm lalu siram dengan EM4 sebanyak 6 leter / ha, biarkan selama 1 minggu.
* Tambahkan air hingga mencapai ketinggian 60-80 cm, lalu siramkan EM4 6- 8 liter/ha. Biarkan selama 1 minggu hingga menjelang benur ditebar.
Pada Masa Pemeliharaan
Setelah benur berumur 1 bulan, siramkan EM4 sebanyak 1-3 ppm/minggu/ha atau pada saat penggantian air sesuai dengan kondisi air.
NB. 1 ppm = 1 : 1.000.000 ( bila ketinggian air 60 cm, maka diperlukan EM4 sebanyak 6 liter/ha)
1. EM Aktif
Dibuat dari EM-4 Perikanan dan molase yang dicampur dengan air sampai mencapai 20 kali kemudian difermentasi selama seminggu. Dalam pemanfaatannya dituangkan langsung ke tambak dengan dosis 1.500 liter / Ha. Dengan frekuensi pemberian 3 – 7 hari sekali sampai panen.
2.EM-5.
EM-5 adalah campuran dari arak, cuka EM-4 molase dan air. Cara pembuatan dan pengemasannya dengan FPE. EM-5 ini adalah pestisidaorganik dengan teknologi EM untuk memberantas hama khusus untuk EM-5 dapat disimpan sampai 3 bulan asalkan tidak terkontaminasi pathogen
3. Ekstrak bawang putih dengan EM-5
Campurkan 1 Kg. bawang putih yang telah diblender dengan 1 liter EM-5 dan tambahkan 8 liter air kemudian aduk secara merata dan gunakan setelah disimpan selama 24 jam. Gunakan pada pemberian pakan pertama dengan dosis 1 L/ 10 Kg.
4. Ekstrak pisang dengan EM-Aktif
Campurkan 10 Kg. pisang yang telah diblender dengan 20 liter EM-Aktif dan aduk secara merata dan simpanlah selama 24 jam sebelum digunakan.
Gunakan pada pemberian pakan kedua, ketiga dan seterusnya. Dengan dosis 1 liter / 10 Kg. pakan.
Aplikasi Untuk Pengolahan Tanah Dasar Tambak
* Setelah tanah dikeringkan dan dicangkul atau dibajak, rendam dengan air sedalam 20 cm kemudian disiram dengan EM4 sebanyak 6 liter / ha. Biarkan selama 4 – 7 hari dan keringkan kembali selama 4 hari.
* Tanah dikapur sebanyak 300 Kg / ha dan pupuk dengan EM-Bokashi 1-5 ton/ha
* Diisi air dengan ketinggian 20 cm lalu siram dengan EM4 sebanyak 6 leter / ha, biarkan selama 1 minggu.
* Tambahkan air hingga mencapai ketinggian 60-80 cm, lalu siramkan EM4 6- 8 liter/ha. Biarkan selama 1 minggu hingga menjelang benur ditebar.
Pada Masa Pemeliharaan
Setelah benur berumur 1 bulan, siramkan EM4 sebanyak 1-3 ppm/minggu/ha atau pada saat penggantian air sesuai dengan kondisi air.
NB. 1 ppm = 1 : 1.000.000 ( bila ketinggian air 60 cm, maka diperlukan EM4 sebanyak 6 liter/ha)
APLIKASI EM 4 PADA LINGKUNGAN
Aplikasi EM 4 Pada Lingkungan
Pengolahan Limbah Organik Cair
Pengolahan limbah dengan teknologi EM merupakan cara pengolahan limbah secara biologis, yaitu melalui proses fermentasi. Fermentasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan mikroorganisme efektif untuk aktif dan berkembangbiak lebih banyak sehingga dapat bekerja dengan efisien dan optimal sebelum dituangkan ke IPAL.
Campurkan EM-4 + Molase + air bersih (1 : 1 : 18) secara merata kemudian fermentasi selama 5-7 hari, lalu tuangkan pada limbah secara kontinyu sesuai dengan debit air limbah masuk (inlet), kemudian diberikan perlakuan mekanis dengan aerator/blower sederhana. Untuk memperoleh hasil yang bagus, penambahan larutan EM-4 dapat dilakukan setiap hari.
Pengolahan Limbah (Sampah) Organik Padat
EM Bokashi Padat
Cara Pembuatan Bokashi Padat Sampah : Campurkan sampah organik dan bahan organik lainnya secara merata, kemudian tuang larutan EM-4 berangsur dan merata. Kandungan air semestinya berkisar antara 30–40 % dan suhu dipertahankan < 50°C. Selanjutnya fermentasi sekitar 5–7 hari dalam keadaan tertutup. Lakukan pengadukan/pembalikan apabila suhu > 50°C. Pupuk sudah matang dan siap digunakan bila memberikan bau khas yang sedap dan ditumbuhi jamur putih. Bila berbau busuk, maka pembuatan bokashi tidak berhasil atau gagal.
EM BokashiCair
Cara Pembuatan Bokashi Cair : Campurkan 1 liter EM4 + 1 liter Molase + 100 liter air + bahan organik lainnya secara merata kemudian fermentasi selama 5-7 hari. Lakukan pengadukan setiap hari sampai kandungan gasnya habis. Selanjutnya campurkan 1 liter EM bokashi cair dengan 10 liter air dan disiramkan pada tanaman, tanah atau bahan organik. Lakukan secara teratur 1–2 minggu sekali.
Dari kemampuan yang dimiliki oleh EM maka teknologi EM dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan dibidang lingkungan seperti :
1. Pengolahan Limbah Rumah Tangga
* Siramkan larutan EM Aktif dengan konsentrasi 1-10 cc per liter pada got, closet, tempat cuci piring, dll. Untuk mengurangi bau yang kurang sedap, lakukan setiap saat (sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu).
* Kumpulkan limbah dapur dalam ember yang berisi saringan dibawahnya, taburi dengan bokashi setiap hari sampai ember tersebut penuh. Limbah padat setelah seminggu akan menjadi bokashi siap pakai dan air leached diencerkan lagi untuk menyiram tanaman di pekarangan.
2. Pengolahan Limbah Padat Pada ternak
* Kumpulkan limbah ternak (kotoran dan sisa pakan ternak), siramkan larutan EM Aktif dengan konsentrasi 1-10% sebanyak 1 liter per m3. Bau busuk limbah akan tertekan dan setelah satu minggu limbah tersebut dapat dipergunakan untuk memupuk tanaman.
3. Pengolahan Limbah Cair.
* Limbah cair dari kencing ternak ditampung, dicampur dengan EM dan molase diencerkan dengan air 20 kali difermentasi selama seminggu. Limbah cair ini akan menjadi bokashi cair, untuk menyiram tanaman setelah diencerkan 500-1000 kali dari volume semula.
4. Penyiraman di TPA
* Siramkan EM Aktif dengan konsentrasi 1-2 per seribu (1-2 liter per m3 air) pagi dan sore hari. Bau busuk berangsur-angsur berkurang, populasi lalat, kecoa dan serangga lainnya juga akan menurun.
5. Memperbaiki Kualitas Air Sungai, Danau, Pantai, dll.
* Siramkan EM Aktif secara berkesinambungan
* Lemparkan Bokashi Dango (Bokashi tanah liat) kedalam sungai, danau, pantai.
Manfaatnya :
* Air sungai menjadi jernih, Lumpur tergerus dan bau busuk berkurang.
Air laut jernih, biota laut (Phyto dan Zoo Plangton tambah baik, kerang-kerangan, ikan berkembang dengan baik.
Pengolahan Limbah Organik Cair
Pengolahan limbah dengan teknologi EM merupakan cara pengolahan limbah secara biologis, yaitu melalui proses fermentasi. Fermentasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan mikroorganisme efektif untuk aktif dan berkembangbiak lebih banyak sehingga dapat bekerja dengan efisien dan optimal sebelum dituangkan ke IPAL.
Campurkan EM-4 + Molase + air bersih (1 : 1 : 18) secara merata kemudian fermentasi selama 5-7 hari, lalu tuangkan pada limbah secara kontinyu sesuai dengan debit air limbah masuk (inlet), kemudian diberikan perlakuan mekanis dengan aerator/blower sederhana. Untuk memperoleh hasil yang bagus, penambahan larutan EM-4 dapat dilakukan setiap hari.
Pengolahan Limbah (Sampah) Organik Padat
EM Bokashi Padat
Cara Pembuatan Bokashi Padat Sampah : Campurkan sampah organik dan bahan organik lainnya secara merata, kemudian tuang larutan EM-4 berangsur dan merata. Kandungan air semestinya berkisar antara 30–40 % dan suhu dipertahankan < 50°C. Selanjutnya fermentasi sekitar 5–7 hari dalam keadaan tertutup. Lakukan pengadukan/pembalikan apabila suhu > 50°C. Pupuk sudah matang dan siap digunakan bila memberikan bau khas yang sedap dan ditumbuhi jamur putih. Bila berbau busuk, maka pembuatan bokashi tidak berhasil atau gagal.
EM BokashiCair
Cara Pembuatan Bokashi Cair : Campurkan 1 liter EM4 + 1 liter Molase + 100 liter air + bahan organik lainnya secara merata kemudian fermentasi selama 5-7 hari. Lakukan pengadukan setiap hari sampai kandungan gasnya habis. Selanjutnya campurkan 1 liter EM bokashi cair dengan 10 liter air dan disiramkan pada tanaman, tanah atau bahan organik. Lakukan secara teratur 1–2 minggu sekali.
Dari kemampuan yang dimiliki oleh EM maka teknologi EM dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan dibidang lingkungan seperti :
1. Pengolahan Limbah Rumah Tangga
* Siramkan larutan EM Aktif dengan konsentrasi 1-10 cc per liter pada got, closet, tempat cuci piring, dll. Untuk mengurangi bau yang kurang sedap, lakukan setiap saat (sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu).
* Kumpulkan limbah dapur dalam ember yang berisi saringan dibawahnya, taburi dengan bokashi setiap hari sampai ember tersebut penuh. Limbah padat setelah seminggu akan menjadi bokashi siap pakai dan air leached diencerkan lagi untuk menyiram tanaman di pekarangan.
2. Pengolahan Limbah Padat Pada ternak
* Kumpulkan limbah ternak (kotoran dan sisa pakan ternak), siramkan larutan EM Aktif dengan konsentrasi 1-10% sebanyak 1 liter per m3. Bau busuk limbah akan tertekan dan setelah satu minggu limbah tersebut dapat dipergunakan untuk memupuk tanaman.
3. Pengolahan Limbah Cair.
* Limbah cair dari kencing ternak ditampung, dicampur dengan EM dan molase diencerkan dengan air 20 kali difermentasi selama seminggu. Limbah cair ini akan menjadi bokashi cair, untuk menyiram tanaman setelah diencerkan 500-1000 kali dari volume semula.
4. Penyiraman di TPA
* Siramkan EM Aktif dengan konsentrasi 1-2 per seribu (1-2 liter per m3 air) pagi dan sore hari. Bau busuk berangsur-angsur berkurang, populasi lalat, kecoa dan serangga lainnya juga akan menurun.
5. Memperbaiki Kualitas Air Sungai, Danau, Pantai, dll.
* Siramkan EM Aktif secara berkesinambungan
* Lemparkan Bokashi Dango (Bokashi tanah liat) kedalam sungai, danau, pantai.
Manfaatnya :
* Air sungai menjadi jernih, Lumpur tergerus dan bau busuk berkurang.
Air laut jernih, biota laut (Phyto dan Zoo Plangton tambah baik, kerang-kerangan, ikan berkembang dengan baik.
PT. SONGGOLANGIT PERSADA GELAR KURSUS KELOLA SAMPAH
PT Songgolangit Persada Gelar Kursus Kelola Sampah
May 20th, 2009 • Category: Event
OLEH: AGUS SALAM
Untuk mendukung Program Bintaroku Peduli, Majalah Trubus bersama PT Songgolangit Persada Cabang Jakarta mengadakan kursus gratis pengolahan sampah rumah tangga kepada masyarakat pada pameran Bursa Flora & Fauna Fruitvaganza. Selain kusrus mengolah sampah juga diadakan pameran tanaman hias, kursus gratis Tabulampot agar rajin berbuah, kursus gratis hidup sehat dengan buah dan lomba tanaman hias.
Seperti yang dikatakan Nurliya F Adji, Ketua Pelaksana Bintaroku Peduli, program itu merupakan salah satu upaya manajemen Bintaro Jaya mengajak seluruh warga untuk lebih peduli terhadap lingkungan tempat tinggal dan menjadikan Bintaro Jaya sebagai kawasan hunian yang asri, nyaman dan sehat.
Selama ini, banyak masyarakat menganggap sampah sebagai bahan buangan yang tak berharga. Padahal, sampah sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pupuk tanaman dan memiliki nilai ekonomis jika di kelola secara baik. Persoalan lain dengan mengolah sampah tersebut, akan mengurangi permasalahan yang terus meningkat seiring perjalanan waktu, terutama disebabkan oleh terus meningkatnya populasi dan kebutuhan manusia secara langsung maupun secara tidak langsung, tentu memacu terjadi peningkatan volume sampah (limbah) dan jelas menjadi beban bagi lingkungan.
Untuk mendaur ulang sampah jadi bahan-bahan lain yang bernilai ekomonis, perlu perencanaan konseptual, menyeluruh dan penanganan dengan menggunakan teknologi yang memadai misalnya menggunakan bioaktivator seperti efektive mikroorganism (EM).
PT Songgolangit Persada sebagai agen tunggal EM4 menyambut positif kegiatan cinta lingkungan tersebut. ‘’Untuk menjadikan sampah menjadi kompos merupakan langkah yang paling positif, dengan menggunakan pengurai aktif (EM4) sehingga proses membuat kompos atau bokashi jadi lebih cepat,’’ kata Djamaluddin, salah seorang peserta kursus.
May 20th, 2009 • Category: Event
OLEH: AGUS SALAM
Untuk mendukung Program Bintaroku Peduli, Majalah Trubus bersama PT Songgolangit Persada Cabang Jakarta mengadakan kursus gratis pengolahan sampah rumah tangga kepada masyarakat pada pameran Bursa Flora & Fauna Fruitvaganza. Selain kusrus mengolah sampah juga diadakan pameran tanaman hias, kursus gratis Tabulampot agar rajin berbuah, kursus gratis hidup sehat dengan buah dan lomba tanaman hias.
Seperti yang dikatakan Nurliya F Adji, Ketua Pelaksana Bintaroku Peduli, program itu merupakan salah satu upaya manajemen Bintaro Jaya mengajak seluruh warga untuk lebih peduli terhadap lingkungan tempat tinggal dan menjadikan Bintaro Jaya sebagai kawasan hunian yang asri, nyaman dan sehat.
Selama ini, banyak masyarakat menganggap sampah sebagai bahan buangan yang tak berharga. Padahal, sampah sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pupuk tanaman dan memiliki nilai ekonomis jika di kelola secara baik. Persoalan lain dengan mengolah sampah tersebut, akan mengurangi permasalahan yang terus meningkat seiring perjalanan waktu, terutama disebabkan oleh terus meningkatnya populasi dan kebutuhan manusia secara langsung maupun secara tidak langsung, tentu memacu terjadi peningkatan volume sampah (limbah) dan jelas menjadi beban bagi lingkungan.
Untuk mendaur ulang sampah jadi bahan-bahan lain yang bernilai ekomonis, perlu perencanaan konseptual, menyeluruh dan penanganan dengan menggunakan teknologi yang memadai misalnya menggunakan bioaktivator seperti efektive mikroorganism (EM).
PT Songgolangit Persada sebagai agen tunggal EM4 menyambut positif kegiatan cinta lingkungan tersebut. ‘’Untuk menjadikan sampah menjadi kompos merupakan langkah yang paling positif, dengan menggunakan pengurai aktif (EM4) sehingga proses membuat kompos atau bokashi jadi lebih cepat,’’ kata Djamaluddin, salah seorang peserta kursus.
Kualita Jeruk Meningkat Berkat EM 4
Kualitas Jeruk Meningkat Berkat EM4
Oct 27th, 2009 • Category: News
petani_em.jpg
Dataran tinggi di Kecamatan Kintamani, Bangli merupakan salah satu sentra perkebunan tanaman sayur dan buah-buahan. Banyak hasil produksi tanaman hortikultura yang terkenal dan diminati masyarakat. Kualitas hasil yang bagus tak lepas dari perawatan maksimal yang dilakukan oleh petani. Sebagian besar petani tersebut tidak menggunakan bahan kimia dalam perawatan tanamannya. Karena kondisi tanah yang sudah gembur dan tidak membutuhkan penanganan yang sulit.
Hal tersebut ternyata tidak sama dengan yang menimpa Kadek Aryawan (30). Perkebunan jeruk yang sudah lama dikelola turun temurun dari orang tuanya mulai menurun kualitasnya. Karena hasil panen tidak maksimal, kebun jeruk yang berada di desa Bonyoh, Kintamani ini sudah mengalami tiga kali pembongkaran. Menurut Kadek Aryawan, tanah tersebut dulunya menggunakan bahan kimia dalam perawatannya. Sehinga kegemburannya sudah mulai hilang, akibatnya tanaman jeruk banyak yang mati. Hampir putus asa dengan tanaman jeruk yang tidak berproduksi, Aryawan nyaris hendak membongkar lagi kebunnya. Tapi kemudian mendapat informasi dari temannya yang juga petani jeruk, untuk menggunakan larutan EM4 dalam merawat tanaman.
Perawatan dengan teknologi EM4 mulai diterapkan Aryawan sejak lima bulan terakhir ini. EM4 digunakan sebagai bahan fermentasi urin dan kotoran sapi yang kemudian disiramkan ke tanaman sebagai pupuk. Lahan seluas 2 hektar dengan lebih dari seribu pohon jeruk, membutuhkan larutan EM4 sebanyak lima liter per pohonnya. Perlakuan ini sudah dilakukan Aryawan selama lima bulan. Meskipun baru bulan Juni nanti prediksi panennya, tapi sudah dapat dilihat kualitas tanamannya sangat bagus. Pohon jeruk tumbuh subur, buah dan daun lebat, warnanya juga mengkilap. “Pohon yang awalnya hampir mati, setelah pakai EM4 selama lima bulan ini, hasilnya mulai kelihatan. Semoga panen depan bisa mendapatkan hasil yang maksimal,”ungkap Aryawan berseri-seri.
Pengalaman hampir sama juga terjadi pada Ketut Kanten (45) yang juga petani jeruk di desa Pule, Kintamani. Bedanya, Kanten sudah 2,5 tahun ini menggunakan pupuk cair dari campuran larutan EM4 kotoran dan urin sapi. Terlihat jelas hasilnya dengan menggunakan EM4 ini, ungkap Kanten, dibanding tanaman yang tidak menggunakan. Tanpa EM4 tanaman menjadi kerdil, buah dan daun tidak lebat, hasilnya juga tidak maksimal dan rasanya pun kurang manis segar. Lahan seluas 60 are dengan populasi pohon jeruk sebanyak 600 pohon, Kanten sudah hampir tiga kali mengalami panen. Panen pertama buahnya masih kecil tapi sudah kuning dan rasanya asam. Panen kedua setelah pakai EM4, hasilnya 5 ton buah jeruk laku di pasaran. “Saya yakin panen ketiga hasilnya akan jauh lebih baik dan banyak pengepul yang akan mencari. Karena jeruk saya kualitasnya lebih bagus daripada yang lain,”pungkas Kanten.
Perawatan dengan menggunakan pupuk organic bak terapi yang mesti diberikan untuk tanah yang sakit. Meskipun hasil tidak langsung bisa dilihat, tapi menjaga keseimbangan alam perlu dijaga. Agar terjadi kesinambungan antara hasil dengan kesehatan tanah dan lingkungan.
Oct 27th, 2009 • Category: News
petani_em.jpg
Dataran tinggi di Kecamatan Kintamani, Bangli merupakan salah satu sentra perkebunan tanaman sayur dan buah-buahan. Banyak hasil produksi tanaman hortikultura yang terkenal dan diminati masyarakat. Kualitas hasil yang bagus tak lepas dari perawatan maksimal yang dilakukan oleh petani. Sebagian besar petani tersebut tidak menggunakan bahan kimia dalam perawatan tanamannya. Karena kondisi tanah yang sudah gembur dan tidak membutuhkan penanganan yang sulit.
Hal tersebut ternyata tidak sama dengan yang menimpa Kadek Aryawan (30). Perkebunan jeruk yang sudah lama dikelola turun temurun dari orang tuanya mulai menurun kualitasnya. Karena hasil panen tidak maksimal, kebun jeruk yang berada di desa Bonyoh, Kintamani ini sudah mengalami tiga kali pembongkaran. Menurut Kadek Aryawan, tanah tersebut dulunya menggunakan bahan kimia dalam perawatannya. Sehinga kegemburannya sudah mulai hilang, akibatnya tanaman jeruk banyak yang mati. Hampir putus asa dengan tanaman jeruk yang tidak berproduksi, Aryawan nyaris hendak membongkar lagi kebunnya. Tapi kemudian mendapat informasi dari temannya yang juga petani jeruk, untuk menggunakan larutan EM4 dalam merawat tanaman.
Perawatan dengan teknologi EM4 mulai diterapkan Aryawan sejak lima bulan terakhir ini. EM4 digunakan sebagai bahan fermentasi urin dan kotoran sapi yang kemudian disiramkan ke tanaman sebagai pupuk. Lahan seluas 2 hektar dengan lebih dari seribu pohon jeruk, membutuhkan larutan EM4 sebanyak lima liter per pohonnya. Perlakuan ini sudah dilakukan Aryawan selama lima bulan. Meskipun baru bulan Juni nanti prediksi panennya, tapi sudah dapat dilihat kualitas tanamannya sangat bagus. Pohon jeruk tumbuh subur, buah dan daun lebat, warnanya juga mengkilap. “Pohon yang awalnya hampir mati, setelah pakai EM4 selama lima bulan ini, hasilnya mulai kelihatan. Semoga panen depan bisa mendapatkan hasil yang maksimal,”ungkap Aryawan berseri-seri.
Pengalaman hampir sama juga terjadi pada Ketut Kanten (45) yang juga petani jeruk di desa Pule, Kintamani. Bedanya, Kanten sudah 2,5 tahun ini menggunakan pupuk cair dari campuran larutan EM4 kotoran dan urin sapi. Terlihat jelas hasilnya dengan menggunakan EM4 ini, ungkap Kanten, dibanding tanaman yang tidak menggunakan. Tanpa EM4 tanaman menjadi kerdil, buah dan daun tidak lebat, hasilnya juga tidak maksimal dan rasanya pun kurang manis segar. Lahan seluas 60 are dengan populasi pohon jeruk sebanyak 600 pohon, Kanten sudah hampir tiga kali mengalami panen. Panen pertama buahnya masih kecil tapi sudah kuning dan rasanya asam. Panen kedua setelah pakai EM4, hasilnya 5 ton buah jeruk laku di pasaran. “Saya yakin panen ketiga hasilnya akan jauh lebih baik dan banyak pengepul yang akan mencari. Karena jeruk saya kualitasnya lebih bagus daripada yang lain,”pungkas Kanten.
Perawatan dengan menggunakan pupuk organic bak terapi yang mesti diberikan untuk tanah yang sakit. Meskipun hasil tidak langsung bisa dilihat, tapi menjaga keseimbangan alam perlu dijaga. Agar terjadi kesinambungan antara hasil dengan kesehatan tanah dan lingkungan.
EM 4 PACU GREENHOUSE PAPRIKA BERBUAH LEBAT
EM4 Pacu Greenhouse Paprika Berbuah Lebat
May 20th, 2009 • Category: CSR
Oleh: Wayan Nita
Keterpurukan perekonomian tidak lantas membuat kita berhenti berkarya menghasilkan sesuatu. Terlebih demi kepentingan masyarakat luas, bisa memberikan nilai tambah bagi orang disekitarnya. Hal itulah yang mendasari Kadek Budiartawan (35) menciptakan terobosan baru dengan bertanam paprika.
Pria yang juga kepala desa (prebekel) ini membuat konsep greenhouse untuk berbudidaya paprika. Bahan baku, media tanam dan perawatannya pun menggunakan bahan organic yang ramah lingkungan.
Cara budidaya tergolong berbeda dengan kebiasaan masyarakat sekitar, yaitu mengusung konsep hydroponik. Yaitu tanaman paprika tidak ditanam dalam bedengan tetapi ditanam dalam polybag dengan perlakuan yang sama. Meskipun menggunakan dana pribadi, konsep yang dijadikan percontohan ini ditujukan untuk masyarakat luas, khususnya petani kecil. Dengan lahan terbatas dan dana juga terbatas, sebut Budiartawan, budidaya paprika bisa memberikan hasil yang besar. Baik segi untung maupun produksi buahnya juga besar-besar.
Hanya, dibutuhkan ketekunan dalam perawatan. Hanya dengan luas lahan 4 are bisa ditanami 1.700 polybag tanaman paprika. Perawatan tanaman paprika dalam sistem hydroponik dilakukan Budiartawan dengan metode organic ramah lingkungan. Teknologi EM4 ikut membantu dalam memfermentasikan urine sapi yang digunakan untuk menyiram tanaman paprika. Dalam kurun waktu tujuh bulan berjalan, sudah empat bulan Budiartawan panen paprika.
Produksi paprika melimpah, dari bulan ke bulan meningkat jumlahnya. Satu minggu sekali sudah bisa panen dengan hasil sebanyak 300-350kg buah paprika. Dimana satu kilo hanya berisi 3-4 butir buah paprika, yang perkilonya dihargai berkisar antara 15.000 hingga 30.000 rupiah.
“Tak hanya itu, kualitas produksi juga lebih baik, hal ini dapat dilihat pada penampilan luar buah paprika yang mengkilap dan mulus,” ungkap Budiartawan sembari tersenyum.
Pasar yang dituju dari hasil produksi paprika ini sudah ada yang mengontrak. Setiap kali panen sudah ada pengepul yang datang untuk menambil hasil panennya. Buah paprika ini memang tidak semua orang yang konsumsi. Akibatnya sebagian besar dijual ke swalayan, hotel dan restauran. Karena pasar sudah ada, misi Budiartawan untuk memajukan sektor pertanian yang berbasis pariwisata mulai tersebar. Keberhasilan menerapkan pertanian tanaman pangan berbasis pariwisata diharapkan jadi contoh bagi para petani sekitar. “Setidaknya petani bisa mendapat sedikit keuntungan dengan pesatnya perkembangan dunia pariwisata di Bali,” ujarnya.
May 20th, 2009 • Category: CSR
Oleh: Wayan Nita
Keterpurukan perekonomian tidak lantas membuat kita berhenti berkarya menghasilkan sesuatu. Terlebih demi kepentingan masyarakat luas, bisa memberikan nilai tambah bagi orang disekitarnya. Hal itulah yang mendasari Kadek Budiartawan (35) menciptakan terobosan baru dengan bertanam paprika.
Pria yang juga kepala desa (prebekel) ini membuat konsep greenhouse untuk berbudidaya paprika. Bahan baku, media tanam dan perawatannya pun menggunakan bahan organic yang ramah lingkungan.
Cara budidaya tergolong berbeda dengan kebiasaan masyarakat sekitar, yaitu mengusung konsep hydroponik. Yaitu tanaman paprika tidak ditanam dalam bedengan tetapi ditanam dalam polybag dengan perlakuan yang sama. Meskipun menggunakan dana pribadi, konsep yang dijadikan percontohan ini ditujukan untuk masyarakat luas, khususnya petani kecil. Dengan lahan terbatas dan dana juga terbatas, sebut Budiartawan, budidaya paprika bisa memberikan hasil yang besar. Baik segi untung maupun produksi buahnya juga besar-besar.
Hanya, dibutuhkan ketekunan dalam perawatan. Hanya dengan luas lahan 4 are bisa ditanami 1.700 polybag tanaman paprika. Perawatan tanaman paprika dalam sistem hydroponik dilakukan Budiartawan dengan metode organic ramah lingkungan. Teknologi EM4 ikut membantu dalam memfermentasikan urine sapi yang digunakan untuk menyiram tanaman paprika. Dalam kurun waktu tujuh bulan berjalan, sudah empat bulan Budiartawan panen paprika.
Produksi paprika melimpah, dari bulan ke bulan meningkat jumlahnya. Satu minggu sekali sudah bisa panen dengan hasil sebanyak 300-350kg buah paprika. Dimana satu kilo hanya berisi 3-4 butir buah paprika, yang perkilonya dihargai berkisar antara 15.000 hingga 30.000 rupiah.
“Tak hanya itu, kualitas produksi juga lebih baik, hal ini dapat dilihat pada penampilan luar buah paprika yang mengkilap dan mulus,” ungkap Budiartawan sembari tersenyum.
Pasar yang dituju dari hasil produksi paprika ini sudah ada yang mengontrak. Setiap kali panen sudah ada pengepul yang datang untuk menambil hasil panennya. Buah paprika ini memang tidak semua orang yang konsumsi. Akibatnya sebagian besar dijual ke swalayan, hotel dan restauran. Karena pasar sudah ada, misi Budiartawan untuk memajukan sektor pertanian yang berbasis pariwisata mulai tersebar. Keberhasilan menerapkan pertanian tanaman pangan berbasis pariwisata diharapkan jadi contoh bagi para petani sekitar. “Setidaknya petani bisa mendapat sedikit keuntungan dengan pesatnya perkembangan dunia pariwisata di Bali,” ujarnya.
Tiny Organisms play Big Role in Healhier Lifestyle
Tiny organisms play big role in healthier lifestyle
WAIKIKI (KHNL) - In this Earth and Sea Project report, we zero in on something so small, you can't see them with the naked eye.
But they do a world of good.
And they can play a major role in making your own home and garden cleaner and healthier.
They're among the top attractions at the Hilton Hawaiian Village.
But it's what you don't see that makes viewing these penguins and flamingos more enjoyable.
Effective micro-organisms or EM's, used to keep the water fresh, the animals healthy, and odors under control.
"Basically what is does is breaks down the bacteria that causes odor. It's very important for the guests because these penguins can get pretty stinky," said Lisa Nishikawa, a Resort Wildlife assistant.
Because EM's are non toxic, and in fact promote better health and hygiene, they can be sprayed directly on and around the animals.
They're found in nature but unfortunately we can't see them. But these guys are both aerobic and anaerobic, meaning they have to be cultured in a lab so they can do their work," said Hiromichi Nago of EM Hawaii.
That work is to break down organic materials by feeding off foul odors, while at the same time releasing nutrients, enzymes and amino acids that make for healthier and heartier gardens.
From the back yard variety, to expansive commercial farms.
"When you spray the micro-organisms they break down your fertilizers and nutrients," said Nao. "But they also suppress the disease that's out there so you can keep out fungus, aphids, and white fly in a more natural and healthy way."
And whether your talking penguins, or even household animals, the EM's can be the perfect anti-dote for PU's.
"So if you have pets like dogs, cats, bunnies, we've had people with horses buy it to keep odors out and creates another healthy condition for the environment," said Nago.
"We even put it in their food so it's something very safe and beneficial, the bacteria helps them on the inside and on the outside so it's a win-win situation for everyone," said Nishikawa.
WAIKIKI (KHNL) - In this Earth and Sea Project report, we zero in on something so small, you can't see them with the naked eye.
But they do a world of good.
And they can play a major role in making your own home and garden cleaner and healthier.
They're among the top attractions at the Hilton Hawaiian Village.
But it's what you don't see that makes viewing these penguins and flamingos more enjoyable.
Effective micro-organisms or EM's, used to keep the water fresh, the animals healthy, and odors under control.
"Basically what is does is breaks down the bacteria that causes odor. It's very important for the guests because these penguins can get pretty stinky," said Lisa Nishikawa, a Resort Wildlife assistant.
Because EM's are non toxic, and in fact promote better health and hygiene, they can be sprayed directly on and around the animals.
They're found in nature but unfortunately we can't see them. But these guys are both aerobic and anaerobic, meaning they have to be cultured in a lab so they can do their work," said Hiromichi Nago of EM Hawaii.
That work is to break down organic materials by feeding off foul odors, while at the same time releasing nutrients, enzymes and amino acids that make for healthier and heartier gardens.
From the back yard variety, to expansive commercial farms.
"When you spray the micro-organisms they break down your fertilizers and nutrients," said Nao. "But they also suppress the disease that's out there so you can keep out fungus, aphids, and white fly in a more natural and healthy way."
And whether your talking penguins, or even household animals, the EM's can be the perfect anti-dote for PU's.
"So if you have pets like dogs, cats, bunnies, we've had people with horses buy it to keep odors out and creates another healthy condition for the environment," said Nago.
"We even put it in their food so it's something very safe and beneficial, the bacteria helps them on the inside and on the outside so it's a win-win situation for everyone," said Nishikawa.
Nothing goes to Waste at the Honolulu Zoo
Nothing goes to Waste at the Honolulu Zoo
HONOLULU (KHNL) -- The Honolulu Zoo isn't letting anything go to waste. In this Earth and Sea project report, the interesting way zookeepers are using their biggest animals to beautify the zoo.
Vyguy and Mari have an important role at the Honolulu Zoo. It doesn't take much work. All they have to do is eat. The zookeepers do the rest.
"Their poop is one of the best," elephant manager Maurice Bolusan said.
The zoo is using elephant poop to fertilize its landscape.
"We give them a whole bunch of hay, fruits vegetable and we give them fresh browns," he said.
Both elephants will eat about 300 to 400 pounds of food a day. When their done, their waste is about half the compost heap.
First it looks like this, pounds of animal feces decomposing in the hot sun.
"In a facility like ours where we have a lot of vegetation and a lot of animals," Honolulu Zoo general curator Peter Luscomb said. "There's a lot of material that's discarded everyday."
A sprinkler system sprays a mixture of yeast, bacteria and water to help break down the waste.
"We'll spray that (Effective Microorganisms) and inoculate it and it allows it to decompose," Luscomb said. "If we weren't composting then all this material would end up going to a landfill."
But from this smelly pile of manure.. something beautiful appears. This garden at the zoo shows what kind of beauty can blossom from this special type of fertilizer.
"We are a conservation organization and we need to recycle, reuse things and minimize the impact that we have on our environment," Luscomb said.
The zoo says they save money by not sending the animal dung to a landfill. It also re-uses old branches as bedding for other animals.
HONOLULU (KHNL) -- The Honolulu Zoo isn't letting anything go to waste. In this Earth and Sea project report, the interesting way zookeepers are using their biggest animals to beautify the zoo.
Vyguy and Mari have an important role at the Honolulu Zoo. It doesn't take much work. All they have to do is eat. The zookeepers do the rest.
"Their poop is one of the best," elephant manager Maurice Bolusan said.
The zoo is using elephant poop to fertilize its landscape.
"We give them a whole bunch of hay, fruits vegetable and we give them fresh browns," he said.
Both elephants will eat about 300 to 400 pounds of food a day. When their done, their waste is about half the compost heap.
First it looks like this, pounds of animal feces decomposing in the hot sun.
"In a facility like ours where we have a lot of vegetation and a lot of animals," Honolulu Zoo general curator Peter Luscomb said. "There's a lot of material that's discarded everyday."
A sprinkler system sprays a mixture of yeast, bacteria and water to help break down the waste.
"We'll spray that (Effective Microorganisms) and inoculate it and it allows it to decompose," Luscomb said. "If we weren't composting then all this material would end up going to a landfill."
But from this smelly pile of manure.. something beautiful appears. This garden at the zoo shows what kind of beauty can blossom from this special type of fertilizer.
"We are a conservation organization and we need to recycle, reuse things and minimize the impact that we have on our environment," Luscomb said.
The zoo says they save money by not sending the animal dung to a landfill. It also re-uses old branches as bedding for other animals.
Langganan:
Postingan (Atom)