Dengan EM4 Lingkungan Jadi Sehat
Ragam
03 April 2009
Lingkungan Jadi Sehat
EM-4 bukan hanya bermanfaat bagi aneka usaha agrobisnis, tetapi juga mendukung kebersihan dan kesehatan lingkungan. Beberapa produsen bahkan meluncurkan produk dengan label unik, misalnya EM-4 Toilet dan EM-4 Pengolahan Limbah. Kegunaan produk ini sesuai dengan nama labelnya.
EM-4 Toilet, misalnya, bermanfaat menghilangkan bau tak sedap pada kamar mandi/WC.
Biasanya dijual dalam bentuk cair, warna cokelat kekuningan, serta mengandung berbagai mikroorganisme. Masing-masing mikroorganisme ini mempunyai kerja yang sangat spesifik, kemudian saling bersinergi dalam mengurai limbah organik serta menangkap gas penyebab bau tidak sedap (misalnya H2S dan NH3).
Selain itu, bisa digunakan untuk mengatasi saluran air / WC yang tersumbat. Hal ini bisa menghemat biaya pengurasan septictank, dan yang terpenting ramah lingkungan. Kalau mau, Anda juga dapat menggunakannya untuk membuat kompos.
Bukan hanya untuk toilet, EM-4 juga dapat digunakan untuk mengolah kotoran dan air kencing ternak sebagai pupuk. Limbah ternak (kotoran dan sisa pakan) dikumpulkan, lalu disiram larutan EM aktif dengan konsentrasi 1-10 % sebanyak 1 liter/m3. Bau busuk dari limbah pun akan tertekan. Setelah 1 minggu, limbah dapat digunakan untuk memupuk tanaman.
Sedangkan limbah cair dari air kencing ternak ditampung, kemudian dicampur EM dan molase, diencerkan dengan air sebanyak 20 kali lipat dan difermentasi selama seminggu. Limbah cair ini akan menjadi bokashi cair. Hasilnya bisa digunakan menyiram tanaman, setelah diencerkan 500-1.000 kali dari volume semula. Irit bukan?
Pengolahan Limbah Sebenarnya EM-4 Pengolahan Limbah juga memiliki karakteristik yang sama. Dengan memanfaatkan konsep mikrobiologi daur ulang limbah, ia mampu memfermentasi limbah organik cair maupun padat secara efektif.
Sampah-sampah organik pun cepat terurai, serta mampu menekan bau tidak sedap. EM-4 ini juga bisa digunakan mendaur ulang limbah organik menjadi kompos (pupuk organik) atau bokashi. Kita dapat membuat pupuk bokashi cair maupun padat.
Misalnya untuk membuat bokashi padat, campurkan sampah organik dan bahan organik lainnya secara merata. Tuangkan larutan EM Bokashi Padat sedikit demi sedikit secara merata. Kandungan air sekitar 30-40 persen dan suhu ideal 50 derajat Celcius (C).
Fermentasi berlangsung sekitar 5-7 hari dalam keadaan tertutup. Jika suhu melebihi 50 derajat C, segera lakukan pengadukan atau pembalikan kompos. Pupuk yang sudah matang memiliki bau khas yang sedap, dan ditumbuhi jamur putih. Jika berbau busuk, berarti pembuatan bokashi gagal.
Tidak mengherankan apabila EM-4 kini banyak digunakan dalam pengolahan limbah rumah tangga, tempat pembuangan akhir (TPA), dan sebagainya.
Bahkan EM-4 juga kerap digunakan untuk memerbaiki kualitas air sungai, danau, dan pantai. Dampaknya, air sungai menjadi jernih, lumpur tergerus, dan bau busuk berkurang.
Sebenarnya berbagai persoalan seputar kebersihan dan kesehatan lingkungan dapat diatasi dengan aplikasi EM-4. Kalau sampai kini sebagian besar masyarakat belum mengenal mikroorganisme efektif itu, berarti ada yang kurang benar dalam sosialisasi selama ini. Siapa yang mesti bertanggung jawab? (Dudung AM-32)
Minggu, 12 September 2010
kualitas jeruk meningkat berkat EM4
Kualitas Jeruk Meningkat Berkat EM4
Oct 27th, 2009 • Category: News
petani_em.jpg
Dataran tinggi di Kecamatan Kintamani, Bangli merupakan salah satu sentra perkebunan tanaman sayur dan buah-buahan. Banyak hasil produksi tanaman hortikultura yang terkenal dan diminati masyarakat. Kualitas hasil yang bagus tak lepas dari perawatan maksimal yang dilakukan oleh petani. Sebagian besar petani tersebut tidak menggunakan bahan kimia dalam perawatan tanamannya. Karena kondisi tanah yang sudah gembur dan tidak membutuhkan penanganan yang sulit.
Hal tersebut ternyata tidak sama dengan yang menimpa Kadek Aryawan (30). Perkebunan jeruk yang sudah lama dikelola turun temurun dari orang tuanya mulai menurun kualitasnya. Karena hasil panen tidak maksimal, kebun jeruk yang berada di desa Bonyoh, Kintamani ini sudah mengalami tiga kali pembongkaran. Menurut Kadek Aryawan, tanah tersebut dulunya menggunakan bahan kimia dalam perawatannya. Sehinga kegemburannya sudah mulai hilang, akibatnya tanaman jeruk banyak yang mati. Hampir putus asa dengan tanaman jeruk yang tidak berproduksi, Aryawan nyaris hendak membongkar lagi kebunnya. Tapi kemudian mendapat informasi dari temannya yang juga petani jeruk, untuk menggunakan larutan EM4 dalam merawat tanaman.
Perawatan dengan teknologi EM4 mulai diterapkan Aryawan sejak lima bulan terakhir ini. EM4 digunakan sebagai bahan fermentasi urin dan kotoran sapi yang kemudian disiramkan ke tanaman sebagai pupuk. Lahan seluas 2 hektar dengan lebih dari seribu pohon jeruk, membutuhkan larutan EM4 sebanyak lima liter per pohonnya. Perlakuan ini sudah dilakukan Aryawan selama lima bulan. Meskipun baru bulan Juni nanti prediksi panennya, tapi sudah dapat dilihat kualitas tanamannya sangat bagus. Pohon jeruk tumbuh subur, buah dan daun lebat, warnanya juga mengkilap. “Pohon yang awalnya hampir mati, setelah pakai EM4 selama lima bulan ini, hasilnya mulai kelihatan. Semoga panen depan bisa mendapatkan hasil yang maksimal,”ungkap Aryawan berseri-seri.
Pengalaman hampir sama juga terjadi pada Ketut Kanten (45) yang juga petani jeruk di desa Pule, Kintamani. Bedanya, Kanten sudah 2,5 tahun ini menggunakan pupuk cair dari campuran larutan EM4 kotoran dan urin sapi. Terlihat jelas hasilnya dengan menggunakan EM4 ini, ungkap Kanten, dibanding tanaman yang tidak menggunakan. Tanpa EM4 tanaman menjadi kerdil, buah dan daun tidak lebat, hasilnya juga tidak maksimal dan rasanya pun kurang manis segar. Lahan seluas 60 are dengan populasi pohon jeruk sebanyak 600 pohon, Kanten sudah hampir tiga kali mengalami panen. Panen pertama buahnya masih kecil tapi sudah kuning dan rasanya asam. Panen kedua setelah pakai EM4, hasilnya 5 ton buah jeruk laku di pasaran. “Saya yakin panen ketiga hasilnya akan jauh lebih baik dan banyak pengepul yang akan mencari. Karena jeruk saya kualitasnya lebih bagus daripada yang lain,”pungkas Kanten.
Perawatan dengan menggunakan pupuk organic bak terapi yang mesti diberikan untuk tanah yang sakit. Meskipun hasil tidak langsung bisa dilihat, tapi menjaga keseimbangan alam perlu dijaga. Agar terjadi kesinambungan antara hasil dengan kesehatan tanah dan lingkungan.
Oct 27th, 2009 • Category: News
petani_em.jpg
Dataran tinggi di Kecamatan Kintamani, Bangli merupakan salah satu sentra perkebunan tanaman sayur dan buah-buahan. Banyak hasil produksi tanaman hortikultura yang terkenal dan diminati masyarakat. Kualitas hasil yang bagus tak lepas dari perawatan maksimal yang dilakukan oleh petani. Sebagian besar petani tersebut tidak menggunakan bahan kimia dalam perawatan tanamannya. Karena kondisi tanah yang sudah gembur dan tidak membutuhkan penanganan yang sulit.
Hal tersebut ternyata tidak sama dengan yang menimpa Kadek Aryawan (30). Perkebunan jeruk yang sudah lama dikelola turun temurun dari orang tuanya mulai menurun kualitasnya. Karena hasil panen tidak maksimal, kebun jeruk yang berada di desa Bonyoh, Kintamani ini sudah mengalami tiga kali pembongkaran. Menurut Kadek Aryawan, tanah tersebut dulunya menggunakan bahan kimia dalam perawatannya. Sehinga kegemburannya sudah mulai hilang, akibatnya tanaman jeruk banyak yang mati. Hampir putus asa dengan tanaman jeruk yang tidak berproduksi, Aryawan nyaris hendak membongkar lagi kebunnya. Tapi kemudian mendapat informasi dari temannya yang juga petani jeruk, untuk menggunakan larutan EM4 dalam merawat tanaman.
Perawatan dengan teknologi EM4 mulai diterapkan Aryawan sejak lima bulan terakhir ini. EM4 digunakan sebagai bahan fermentasi urin dan kotoran sapi yang kemudian disiramkan ke tanaman sebagai pupuk. Lahan seluas 2 hektar dengan lebih dari seribu pohon jeruk, membutuhkan larutan EM4 sebanyak lima liter per pohonnya. Perlakuan ini sudah dilakukan Aryawan selama lima bulan. Meskipun baru bulan Juni nanti prediksi panennya, tapi sudah dapat dilihat kualitas tanamannya sangat bagus. Pohon jeruk tumbuh subur, buah dan daun lebat, warnanya juga mengkilap. “Pohon yang awalnya hampir mati, setelah pakai EM4 selama lima bulan ini, hasilnya mulai kelihatan. Semoga panen depan bisa mendapatkan hasil yang maksimal,”ungkap Aryawan berseri-seri.
Pengalaman hampir sama juga terjadi pada Ketut Kanten (45) yang juga petani jeruk di desa Pule, Kintamani. Bedanya, Kanten sudah 2,5 tahun ini menggunakan pupuk cair dari campuran larutan EM4 kotoran dan urin sapi. Terlihat jelas hasilnya dengan menggunakan EM4 ini, ungkap Kanten, dibanding tanaman yang tidak menggunakan. Tanpa EM4 tanaman menjadi kerdil, buah dan daun tidak lebat, hasilnya juga tidak maksimal dan rasanya pun kurang manis segar. Lahan seluas 60 are dengan populasi pohon jeruk sebanyak 600 pohon, Kanten sudah hampir tiga kali mengalami panen. Panen pertama buahnya masih kecil tapi sudah kuning dan rasanya asam. Panen kedua setelah pakai EM4, hasilnya 5 ton buah jeruk laku di pasaran. “Saya yakin panen ketiga hasilnya akan jauh lebih baik dan banyak pengepul yang akan mencari. Karena jeruk saya kualitasnya lebih bagus daripada yang lain,”pungkas Kanten.
Perawatan dengan menggunakan pupuk organic bak terapi yang mesti diberikan untuk tanah yang sakit. Meskipun hasil tidak langsung bisa dilihat, tapi menjaga keseimbangan alam perlu dijaga. Agar terjadi kesinambungan antara hasil dengan kesehatan tanah dan lingkungan.
Langganan:
Postingan (Atom)