»County News August 24, 2010 | BALI POST newspaper
From Visit the Governor in Buleleng (2-Out)
Realize Bali Organic Agriculture, Simantri synergized with organic farming IPSAGUNA realize Bali, Bali Governor Made Mangku Pastika hinted integrated farming system (Simantri) will be synergized with development agencies and research of natural resources.
To realize the idea, along with the leadership of Governor SKPD directly review the Institute for Natural Resources Development (IPSA) owned by Mr. Oles in the Village Shop Busungbiu, Buleleng, Saturday (21 / 8). Governors interested in here, because when I heard Bali clean and green program, many outsiders came to his offer of cooperation to realize Bali organic farming. ''Why do not we take advantage of the potential that exists in Bali alone,''his impression during a visit at the IPSA's Dr. GN Wididana aka Mr Rub in the Village Shop. The opportunity was utilized Pak Oles describing activities at IPSA. Ranging from education and technology training of EM (effective microorganisms), to empower communities through organic farming and so forth. ''We can provide the theory and practice of organic agriculture here, then see the direct demonstration of organic farming,''he said.
Actually a number of agricultural ministers from Malaysia and Thailad long his visit IPSA. ''In fact we often meboya, when people outside the busy-busy studying organic agriculture, we just went along, whereas in Bali has been used since,''he said. Direct evidence of organic agriculture witnessed in the entourage of the governor at that time. If 2 people of each village were trained farmers on organic farming in the IPSA, later on after training could be a teacher for other farmers. They can make a liquid fertilizer and solid fertilizer is directly used for organic farming.
Bak tit for tat, Bali Governor indicated it would train at least two farmers in each Gapoktan Simantri. If today there are 50 Gapoktan Simantri in Bali, at least the early stages there are 100 farmers could be trained as a pioneer of organic farming. Expected from the training, at least solid cow manure that is left can be made of solid manure with EM technology. This once short-term solutions to overcome the scarcity of inorganic fertilizer such as urea.
According to him, choosing organic farming to be developed in Bali, because this model to preserve Bali's environment-friendly sustainable. During the visit in Buleleng, a number of livestock and fish farmers groups visited the Governor of Bali. Starting from the group of catfish to cattle ranch belonging to the Simantri. For example in Nadi Munduk Ring, Governor of Bali review Gapoktan Main Source Tani. This group maintains 20 head of cattle since Simantri introduced two months ago. From observation, not just the cow can be used, manure has been successfully recycled. Of urine is recycled into bio urine to fertilize crops. While solid waste is processed into biogas for cooking.
According to one member of the group, Wayan Sriantini, from 20 head of cattle are able to produce biogas for cooking in the kitchen 5 KK. The gas collected in a container vessel near the cage, fed through a plastic tube inserted into the gas burner 3 kg that have been modified. Guaranteed safe''could not explode like a gas stove as the source of the gas away,''he said. How long will this stove can be used, he stated it is up to the end of cooking. Cow dung''The important thing is still available, the gas would flow,''he said. (Voice)
Selasa, 09 November 2010
Senin, 08 November 2010
Kunjungan Gubernur Bali ke IPSA
» Berita Kabupaten 24 Agustus 2010 | koran BALI POST
Dari Kunjungan Gubernur di Buleleng (2-Habis)
Wujudkan Bali Pertanian Organik,Simantri Disinergikan dengan IPSAGUNA mewujudkan Bali pertanian organik, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengisyaratkan sistem pertanian terintegrasi (Simantri) akan disinergikan dengan lembaga pengembangan dan penelitian sumber daya alam. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, Gubernur bersama pimpinan SKPD secara langsung meninjau Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) milik Pak Oles di Desa Bengkel Busungbiu, Buleleng, Sabtu (21/8) lalu. Gubernur tertarik ke sini, karena begitu mendengar program Bali clean and green, banyak orang luar datang kepada dirinya menawarkan kerja sama mewujudkan Bali pertanian organik. ''Kenapa kita tak memanfaatkan potensi yang ada di Bali saja,'' kesannya saat berkunjung di IPSA milik Dr. GN Wididana alias Pak Oles di Desa Bengkel. Kesempatan itu dimanfaatkan Pak Oles memaparkan aktivitas di IPSA. Mulai dari pendidikan dan pelatihan teknologi EM (efektif mikroorganisme), memberdayakan masyarakat melalui pertanian organik dan sebagainya. ''Kami bisa memberikan teori dan praktik pertanian organik di sini, kemudian melihat langsung percontohan pertanian organik,'' katanya.
Sebenarnya sejumlah menteri pertanian dari Malaysia dan Thailad sudah lama mengunjungi IPSA-nya. ''Justru kita sering meboya, ketika orang luar ramai-ramai belajar pertanian organik, kita baru ikut-ikutan, padahal di Bali sudah ada sejak dulu,'' katanya. Bukti langsung pertanian organik disaksikan Gubernur bersama rombongan saat itu. Jika 2 orang petani setiap desa dilatih pertanian organik di IPSA, nantinya usai pelatihan bisa menjadi guru bagi petani yang lain. Mereka bisa membuat pupuk cair maupun pupuk padat yang langsung dimanfaatkan untuk bertani organik.
Bak gayung bersambut, Gubernur Bali mengisyaratkan akan melatih minimal dua petani pada masing-masing Gapoktan Simantri. Jika saat ini ada 50 Gapoktan Simantri di Bali, paling tidak tahap awal ada 100 petani bisa dilatih sebagai pioner pertanian organik. Diharapkan dari pelatihan tersebut, paling tidak limbah kotoran padat sapi yang masih tersisa bisa dibuatkan pupuk padat dengan teknologi EM. Sekaligus ini solusi jangka pendek mengatasi kelangkaan pupuk anorganik seperti urea.
Menurutnya, dipilihnya pertanian organik untuk dikembangkan di Bali, karena model ini ramah lingkungan untuk melestarikan Bali secara berkelanjutan. Dalam kunjungan di Buleleng, sejumlah kelompok tani ternak dan ikan dikunjungi Gubernur Bali. Mulai dari kelompok ikan lele sampai peternakan sapi yang tergabung dalam Simantri. Misalnya di Munduk Lingkar Nadi, Gubernur Bali meninjau Gapoktan Sumber Tani Utama. Kelompok ini memelihara 20 ekor sapi sejak Simantri diperkenalkan dua bulan lalu. Dari pengamatan, tak hanya sapinya bisa dimanfaatkan, kotorannya sudah berhasil didaur ulang. Dari air kencing didaur ulang menjadi bio urine untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan limbah padat diolah menjadi biogas untuk memasak.
Menurut salah satu anggota kelompok, Wayan Sriantini, dari 20 ekor sapi ini mampu menghasilkan biogas untuk memasak di dapur 5 KK. Gas yang ditampung dalam sebuah bak penampung dekat kandang, dialirkan melalui selang plastik yang dimasukkan ke dalam kompor gas 3 kg yang sudah dimodifikasi. ''Dijamin aman tak meledak seperti kompor gas karena sumber gasnya jauh,'' katanya. Berapa lama kompor ini bisa dipakai, dia menyatakan terserah sampai habis memasak. ''Yang penting kotoran sapi tetap tersedia, gas pasti mengalir,'' ujarnya. (sua)
Dari Kunjungan Gubernur di Buleleng (2-Habis)
Wujudkan Bali Pertanian Organik,Simantri Disinergikan dengan IPSAGUNA mewujudkan Bali pertanian organik, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengisyaratkan sistem pertanian terintegrasi (Simantri) akan disinergikan dengan lembaga pengembangan dan penelitian sumber daya alam. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, Gubernur bersama pimpinan SKPD secara langsung meninjau Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) milik Pak Oles di Desa Bengkel Busungbiu, Buleleng, Sabtu (21/8) lalu. Gubernur tertarik ke sini, karena begitu mendengar program Bali clean and green, banyak orang luar datang kepada dirinya menawarkan kerja sama mewujudkan Bali pertanian organik. ''Kenapa kita tak memanfaatkan potensi yang ada di Bali saja,'' kesannya saat berkunjung di IPSA milik Dr. GN Wididana alias Pak Oles di Desa Bengkel. Kesempatan itu dimanfaatkan Pak Oles memaparkan aktivitas di IPSA. Mulai dari pendidikan dan pelatihan teknologi EM (efektif mikroorganisme), memberdayakan masyarakat melalui pertanian organik dan sebagainya. ''Kami bisa memberikan teori dan praktik pertanian organik di sini, kemudian melihat langsung percontohan pertanian organik,'' katanya.
Sebenarnya sejumlah menteri pertanian dari Malaysia dan Thailad sudah lama mengunjungi IPSA-nya. ''Justru kita sering meboya, ketika orang luar ramai-ramai belajar pertanian organik, kita baru ikut-ikutan, padahal di Bali sudah ada sejak dulu,'' katanya. Bukti langsung pertanian organik disaksikan Gubernur bersama rombongan saat itu. Jika 2 orang petani setiap desa dilatih pertanian organik di IPSA, nantinya usai pelatihan bisa menjadi guru bagi petani yang lain. Mereka bisa membuat pupuk cair maupun pupuk padat yang langsung dimanfaatkan untuk bertani organik.
Bak gayung bersambut, Gubernur Bali mengisyaratkan akan melatih minimal dua petani pada masing-masing Gapoktan Simantri. Jika saat ini ada 50 Gapoktan Simantri di Bali, paling tidak tahap awal ada 100 petani bisa dilatih sebagai pioner pertanian organik. Diharapkan dari pelatihan tersebut, paling tidak limbah kotoran padat sapi yang masih tersisa bisa dibuatkan pupuk padat dengan teknologi EM. Sekaligus ini solusi jangka pendek mengatasi kelangkaan pupuk anorganik seperti urea.
Menurutnya, dipilihnya pertanian organik untuk dikembangkan di Bali, karena model ini ramah lingkungan untuk melestarikan Bali secara berkelanjutan. Dalam kunjungan di Buleleng, sejumlah kelompok tani ternak dan ikan dikunjungi Gubernur Bali. Mulai dari kelompok ikan lele sampai peternakan sapi yang tergabung dalam Simantri. Misalnya di Munduk Lingkar Nadi, Gubernur Bali meninjau Gapoktan Sumber Tani Utama. Kelompok ini memelihara 20 ekor sapi sejak Simantri diperkenalkan dua bulan lalu. Dari pengamatan, tak hanya sapinya bisa dimanfaatkan, kotorannya sudah berhasil didaur ulang. Dari air kencing didaur ulang menjadi bio urine untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan limbah padat diolah menjadi biogas untuk memasak.
Menurut salah satu anggota kelompok, Wayan Sriantini, dari 20 ekor sapi ini mampu menghasilkan biogas untuk memasak di dapur 5 KK. Gas yang ditampung dalam sebuah bak penampung dekat kandang, dialirkan melalui selang plastik yang dimasukkan ke dalam kompor gas 3 kg yang sudah dimodifikasi. ''Dijamin aman tak meledak seperti kompor gas karena sumber gasnya jauh,'' katanya. Berapa lama kompor ini bisa dipakai, dia menyatakan terserah sampai habis memasak. ''Yang penting kotoran sapi tetap tersedia, gas pasti mengalir,'' ujarnya. (sua)
Langganan:
Postingan (Atom)