Petani Diminta Maksimalkan Penggunaan Pupuk Organik
Tuesday February 26th 2008, 4:04 pm
Filed under: Uncategorized
Penulis: Anam Masjhoedi, Media Indonesia Online
JEMBER–MI: Para petani diharapkan lebih memaksimalkan penggunaan pupuk organik karena bahan untuk membuatnya melimpah.
Hal itu diungkapkan Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono saat peresmian Laboratorium Somatic Embryogenesis di Kantor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (16/2).
“Batang padi, dan kotoran ternak merupakan bahan pupuk organik yang cukup banyak tersedia di sekitar kita. Sebaiknya bahan-bahan itu kita manfaatkan dari pada mubazir,” kata Anton.
Menurut Anton, dengan semakin efektifnya penggunaan pupuk organik, maka pemakaian pupuk anorganik akan makin berkurang. Hal ini berarti biaya pembelian pupuk oleh petani dapat ditekanserta subsidi pupuk yang harus ditanggung pemerintah juga akan semakin kecil.
Tahun lalu, menurut Mentan, pemerintah memberikan subsidi pupuk bagi petani sebesar Rp7,5 triliun. Dan tahun ini, subsidi pupuk meningkat menjadi Rp10 triliun dikarenakan harga pupuk internasional dan jumlah pupuk yang digunakan meningkat.
Lebih jauh, Anton menegaskan Deptan menolak ekspor pupuk pada tahun 2008 ini. Penolakan ini dimaksudkan agar tidak terjadi lagi kelangkaan pupuk, utamanya pada saat memasuki musim tanam padi.
“Kita sudah komitmen untuk tidak lagi ekspor pupuk pada tahun 2008 ini. Pupuk yang ada kita pakai untuk kebutuhan dalam negeri,” katanya.
Menurutnya, kebutuhan pupuk di Indonesia sangat fluktuatif. Kebutuhan biasanya meningkat saat memasuki musim tanam. Sedangkan produksi pupuk diproduksi secara tetap setiap bulan. Sehingga, sambungnya, saat kebutuhan pupuk meningkat dan pasokan dari pabrik pupuk tetap, akan terjadi kelangkaan pupuk.
“Sebenarnya tidak langka, tetapi karena pasokan tetap, dan permintaan meningkat, sering dikatakan pupuk langka,” ujarnya.
Menurut Anton, distribusi juga merupakan salah satu faktor terhambatnya pasokan pupuk. Kondisi cuaca yang tidak menentu, seringkali mengakibatkan pasokan pupuk terhambat.
“Produsen pupuk terbesar di Indonesia ada di Sumatra, dan distribusikan melalui laut. Sehingga kalau terjadi badai, maka distribusi pupuk melalui laut juga akan terganggu,” kata Anton. (AM/OL-06)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar