Selasa, 20 Desember 2011

Peserta IPSA dari Petani Kab. Rokan Hulu - Riau

Peserta pelatihan Pertanian Organik dengan Teknologi EM dari Petani asal Desa Koto Tandun, Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu - Riau pada Tanggal 13 - 17 September 2011.

Kunjungan Gubernur Bali ke IPSA - Buleleng

» Berita Kabupaten 24 Agustus 2010 | koran BALI POST Dari Kunjungan Gubernur di Buleleng (2-Habis) Wujudkan Bali Pertanian Organik,Simantri Disinergikan dengan IPSAGUNA mewujudkan Bali pertanian organik, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengisyaratkan sistem pertanian terintegrasi (Simantri) akan disinergikan dengan lembaga pengembangan dan penelitian sumber daya alam. Untuk merealisasikan gagasan tersebut, Gubernur bersama pimpinan SKPD secara langsung meninjau Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) milik Pak Oles di Desa Bengkel Busungbiu, Buleleng, Sabtu (21/8) lalu. Gubernur tertarik ke sini, karena begitu mendengar program Bali clean and green, banyak orang luar datang kepada dirinya menawarkan kerja sama mewujudkan Bali pertanian organik. ''Kenapa kita tak memanfaatkan potensi yang ada di Bali saja,'' kesannya saat berkunjung di IPSA milik Dr. GN Wididana alias Pak Oles di Desa Bengkel. Kesempatan itu dimanfaatkan Pak Oles memaparkan aktivitas di IPSA. Mulai dari pendidikan dan pelatihan teknologi EM (efektif mikroorganisme), memberdayakan masyarakat melalui pertanian organik dan sebagainya. ''Kami bisa memberikan teori dan praktik pertanian organik di sini, kemudian melihat langsung percontohan pertanian organik,'' katanya. Sebenarnya sejumlah menteri pertanian dari Malaysia dan Thailad sudah lama mengunjungi IPSA-nya. ''Justru kita sering meboya, ketika orang luar ramai-ramai belajar pertanian organik, kita baru ikut-ikutan, padahal di Bali sudah ada sejak dulu,'' katanya. Bukti langsung pertanian organik disaksikan Gubernur bersama rombongan saat itu. Jika 2 orang petani setiap desa dilatih pertanian organik di IPSA, nantinya usai pelatihan bisa menjadi guru bagi petani yang lain. Mereka bisa membuat pupuk cair maupun pupuk padat yang langsung dimanfaatkan untuk bertani organik. Bak gayung bersambut, Gubernur Bali mengisyaratkan akan melatih minimal dua petani pada masing-masing Gapoktan Simantri. Jika saat ini ada 50 Gapoktan Simantri di Bali, paling tidak tahap awal ada 100 petani bisa dilatih sebagai pioner pertanian organik. Diharapkan dari pelatihan tersebut, paling tidak limbah kotoran padat sapi yang masih tersisa bisa dibuatkan pupuk padat dengan teknologi EM. Sekaligus ini solusi jangka pendek mengatasi kelangkaan pupuk anorganik seperti urea. Menurutnya, dipilihnya pertanian organik untuk dikembangkan di Bali, karena model ini ramah lingkungan untuk melestarikan Bali secara berkelanjutan. Dalam kunjungan di Buleleng, sejumlah kelompok tani ternak dan ikan dikunjungi Gubernur Bali. Mulai dari kelompok ikan lele sampai peternakan sapi yang tergabung dalam Simantri. Misalnya di Munduk Lingkar Nadi, Gubernur Bali meninjau Gapoktan Sumber Tani Utama. Kelompok ini memelihara 20 ekor sapi sejak Simantri diperkenalkan dua bulan lalu. Dari pengamatan, tak hanya sapinya bisa dimanfaatkan, kotorannya sudah berhasil didaur ulang. Dari air kencing didaur ulang menjadi bio urine untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan limbah padat diolah menjadi biogas untuk memasak. Menurut salah satu anggota kelompok, Wayan Sriantini, dari 20 ekor sapi ini mampu menghasilkan biogas untuk memasak di dapur 5 KK. Gas yang ditampung dalam sebuah bak penampung dekat kandang, dialirkan melalui selang plastik yang dimasukkan ke dalam kompor gas 3 kg yang sudah dimodifikasi. ''Dijamin aman tak meledak seperti kompor gas karena sumber gasnya jauh,'' katanya. Berapa lama kompor ini bisa dipakai, dia menyatakan terserah sampai habis memasak. ''Yang penting kotoran sapi tetap tersedia, gas pasti mengalir,'' ujarnya. (sua)