Jumat, 07 Agustus 2009

What is EM (Effective Microorganisms) ?

EM™ is an acronym coined by its developer, Dr. Teruo Higa, consisting of the initial letters of "Effective Microorganisms™". As a commercial product, it is marketed and sold as "EM•1®" by our authorized licensees around the globe.

EM•1® is a liquid containing many co-existing microorganisms. The major groups of microorganisms in EM•1® are lactic acid bacteria, yeast and phototrophic bacteria. EM™ was first developed in 1982 as an alternative to chemicals in the field of agriculture. Through extensive research and experiments over time, EM™ became recognized as effective in various fields, including environmental remediation, composting organic waste, reducing odor in livestock operations, treating wastewater and many more. We call the technology that utilizes EM•1®, EM Technology™.

Budidaya Bawang merah Secara Organik

Oleh: Rudy Gunawan, Dresel, Oro-oro Ombo, Batu, Malang
Budidaya Bawang Merah Secara Organik (*)
Jumat, 25 Juli 2008

Tertarik pada pertanian karena kami sekeluarga hidup di lingkungan masyarakat petani dan peternak sapi perah. Kegiatan dalam masyarakat sebagai anggota klub sepak bola dan sekretaris kelompok tani Subur Makmur.



Petani di daerah Batu sejak tahun 50-an telah menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia seperti DDT. Tahun 1980 mereka sudah mulai merasakan bahwa hasil produksi pertaniannya semakin merosot. Penggunaan pupuk dan pestisida meningkat jumlahnya seiring dengan mahalnya harga pupuk dan pestisida kimia. Dengan kemampuan yang pas-pasan saya berupaya dan mencari terobosan agar petani tetap mendapat keuntungan. Disinilah saya bergabung dengan petani lestari HPS Batu.



Di dalam tanah terdapat mahlk kecil yang dinamakan mikro organisme yang menghancurkan sisa-sisa mahluk hidup dari hewan atau tumbuhan. Hasil penghancuran itu menjadi makanan bagi tumbuh-tumbuhan dan selanjutnya membentuk rantai makanan yang tidak pernah berhenti (daur ulang alami). Setelah manusia menemukan pupuk kimia untuk menyuburkan tanaman dan DDT untuk melindungi dari serangan hama, berkembanglah pemakaian pestisida untuk memberantas hama dan penyakit tanaman. Penggunaan pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan penurunan jumlah bahan organik tanah, PH tanah menurun, tanah menjadi kecut (masam), ditambah pemakaian pestisida yang berakibat matinya mikro organisme di dalam tanah, sehingga tanah menjadi mati/bantat.



Dengan terjadinya krisis, pupuk menjadi mahal bahkan ada yang naik 3 kali llipat sehingga petani tidak mampu membelinya. Biaya untuk bertanam menjadi semakin tinggi sedangkan hasilnya makin berkurang. Kerugian selalu terjadi sehingga membuat kami harus mementukan pilihan jalan keluar.



Menanam Bawang Merah Secara Organik

1. Tanah dicangkul agak dalam dan rumputnya diambil (kebruk kalet: bahasa petani Batu), selanjutnya digulut dengan lebar 80 cm.
2. Guludan ditaburi pupuk kandang
3. Pupuk kandang ditutup dengan tanah dan permukaan guludan dibuat rata. Pada musim penghujan permukaan guludan dibuat agak lebih tinggi agar tidak terendam air hujan. Tinggi guludan pada musim kemarau 30 cm dan musim hujan 40 cm.
4. Bibit yang sudah siap kemudian ditanam pada guludan (diponjo) dengan jarak 20 cm, kemudian ditutup menggunakan daun pahit-pahitan (daun yang rasanya pahit).
5. Tahap selanjutnya adalah penyiangan, menggemburkan tanah dan menguruk tanaman tipis-tipis sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
6. Pemberantasan hama dan penyakit menggunakan rendaman daun pahitan dan bawang putih.
7. Setelah cukup umur tanaman dicabut, diikat dan selanjutnya disiger.

Hasil yang Diperoleh

1. Penanaman pada waktu musim kemarau (dengan disiram), dengan bibit sebanyak 15 kg menghasilkan panen sebanyak 60 kg.
2. Penanaman pada musim hujan, dengan bibit sebanyak 50 kg menghasilkan panen sebanyak 200 kg.

Kendala dan Manfaat

Selama proses penanaman berlangsung selalu dibayangi keraguan karena seolah-olah menentang arus, meskipun dengan sistem pertanian organik berarti mengikuti hukum alam.

Paguyuban belum mampu memasarkan hasil panen sehingga terpaksa saya menjualnya seharga produk konvensional.



Kesimpulan

Bertani dengan sistem organik harus titen dan telaten sehingga pasti panen. Dengan sistem pertanian organik biaya yang dikeluarkan rendah, pengerjaan tanah mudah karena gembur. Sudah waktunya petani beralih sistem, meninggalkan sistem konvensional yang merugi dan merusak lingkungan, dengan sistem pertanian organik yang lestari.


(*) Ditulis ulang dari buku BELAJAR DARI PETANI, Kumpulan Pengalaman Bertani Organik yang diterbitkan atas kerjasama: SPTN-HPS-LESMAN-MITRA TANI

Belajar Organik, Belajar Sehat

Belajar Organik, Belajar Sabar (*)
Jumat, 03 Agustus 2007

Oleh: Omistriyah
(Pengurus KPM/ Kelompok Perempuan Mandiri),
pendamping Usaha Simpan Pinjam dan Kelompok Usaha
Bersama Pertanian – Bogor

Pada tahun 1998 saya mulai belajar bertani, mulai dari buka lahan sampai menanam. Waktu itu hanya satu petak dengan satu atau dua macam tanaman. Setelah berumur tiga minggu, saya pupuk dengan urea terus sampai tahun 2001. Awal tahun 2001 saya mulai mengenai Mas daniel (ELSPPAT-Bogor) dan kawan-kawannya. Mereka sering membicarakan pertanian organik. Saya juga diajak kak Ida (ELSPPAT, Bogor) ke lahan di Desa Geblug untuk melihat pertanian organik. Saya sering bertanya-tanya bagaimana pertanian organik ini…. Waktu itu saya sering memperhatikan Mas daniel di desa Cijulang yang sangat ulet dengan tanamannya. Lama saya belajar dan mengamati pertanian organik ini.

Awal tahun 2002 saya mulai semakin tertarik dengan tanaman organik. Selain mengurangi modal, juga karena pupuk urea semakin melonjak harganya. Saya mulai dengan sama sekali meninggalkan pupuk urea diganti dengan pupuk kandang. Pertama-tama, hasilnya jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk urea. Bahkan selama tiga kali saya gagal panen, hanya ada sedikit yang bisa dimakan. Dengan kesabaran walaupun rugi, rugi dan rugi tetap saja saya jalankan.

Setelah saya amati ternyata tanah itu keras seperti pasir dan didalamnya tidak ada bakteri-bakteri. Selanjutnya saya coba mengubur sampah dan pupuk kandang. Setelah lima belas hari sampai satu bulan, mulai ada bakteri-bakteri di dalam tanah. Kurang lebih setelah sembilan bulan tanaman mulai kelihatan agak subur. Panennya kadang bisa dijual, meski kadang hanya untuk dimakan saja. Itu hasil belajar di lahan sendiri dengancara tumpang sari, sistem rolling dan rotasi.

Selain itu saya juga belajar pertanian organik bersama kelompok ibu-ibu. Di Dusun Pangkalan sudah berjalan tiga bulan, di Dusun Cijulang sudah berjalan 2,5 bulan. Dimulai dengan belajar membuat kompos guna mengurangi penggunaan pupuk pabrik. (**)

(*) Di tulis ulang dari buku Belajar dari Petani
Penerbit: SPTN-HPS, LESMAN dan Mitra Tani

Petani Diminta Maksimalkan Penggunaan Pupuk Organik

Petani Diminta Maksimalkan Penggunaan Pupuk Organik
Tuesday February 26th 2008, 4:04 pm
Filed under: Uncategorized

Penulis: Anam Masjhoedi, Media Indonesia Online

JEMBER–MI: Para petani diharapkan lebih memaksimalkan penggunaan pupuk organik karena bahan untuk membuatnya melimpah.

Hal itu diungkapkan Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono saat peresmian Laboratorium Somatic Embryogenesis di Kantor Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (16/2).

“Batang padi, dan kotoran ternak merupakan bahan pupuk organik yang cukup banyak tersedia di sekitar kita. Sebaiknya bahan-bahan itu kita manfaatkan dari pada mubazir,” kata Anton.

Menurut Anton, dengan semakin efektifnya penggunaan pupuk organik, maka pemakaian pupuk anorganik akan makin berkurang. Hal ini berarti biaya pembelian pupuk oleh petani dapat ditekanserta subsidi pupuk yang harus ditanggung pemerintah juga akan semakin kecil.

Tahun lalu, menurut Mentan, pemerintah memberikan subsidi pupuk bagi petani sebesar Rp7,5 triliun. Dan tahun ini, subsidi pupuk meningkat menjadi Rp10 triliun dikarenakan harga pupuk internasional dan jumlah pupuk yang digunakan meningkat.

Lebih jauh, Anton menegaskan Deptan menolak ekspor pupuk pada tahun 2008 ini. Penolakan ini dimaksudkan agar tidak terjadi lagi kelangkaan pupuk, utamanya pada saat memasuki musim tanam padi.

“Kita sudah komitmen untuk tidak lagi ekspor pupuk pada tahun 2008 ini. Pupuk yang ada kita pakai untuk kebutuhan dalam negeri,” katanya.

Menurutnya, kebutuhan pupuk di Indonesia sangat fluktuatif. Kebutuhan biasanya meningkat saat memasuki musim tanam. Sedangkan produksi pupuk diproduksi secara tetap setiap bulan. Sehingga, sambungnya, saat kebutuhan pupuk meningkat dan pasokan dari pabrik pupuk tetap, akan terjadi kelangkaan pupuk.

“Sebenarnya tidak langka, tetapi karena pasokan tetap, dan permintaan meningkat, sering dikatakan pupuk langka,” ujarnya.

Menurut Anton, distribusi juga merupakan salah satu faktor terhambatnya pasokan pupuk. Kondisi cuaca yang tidak menentu, seringkali mengakibatkan pasokan pupuk terhambat.

“Produsen pupuk terbesar di Indonesia ada di Sumatra, dan distribusikan melalui laut. Sehingga kalau terjadi badai, maka distribusi pupuk melalui laut juga akan terganggu,” kata Anton. (AM/OL-06)

Kiat Hemat Belanja Pangan Organik

Kiat Hemat Belanja Pangan Organik
Monday June 30th 2008, 2:19 pm
Filed under: Uncategorized

KOMPAS. Jumat, 11 April 2008 | 11:17 WIB
Kekhawatiran akan isu penggunaan formalin, pestisida, zat pewarna, serta rekayasa genetika pada produk pangan, membuat produk organik semakin populer. Sayangnya harga produk pangan organik relatif mahal, sehingga hanya mereka yang berpenghasilan tinggi saja yang menjadi konsumennya.

Namun tak perlu khawatir, meski bujet terbatas Anda tetap bisa mengonsumsi produk makanan sehat. Ini dia tipsnya:

1. Belilah produk pangan organik di pasar tradisional sehingga Anda bisa mendapatkan harga lebih rendah daripada di supermarket.

2. Ingin membeli makanan organik dengan harga murah? Datanglah menjelang jam tutup toko. Masakan organik selalu dimasak tanpa menggunakan bahan pengawet, sehingga tidak bisa disimpan lama. Biasanya toko akan menjualnya setengah harga daripada menyimpannya.

3. Jangan segan bertanya pada kenalan, tetangga, atau saudara, yang sudah lebih dulu menjadi konsumen pangan organik. Mereka pasti tahu di mana membeli produk organik dengan harga murah.

4. Pelajari daftar belanja Anda. Pilah-pilah jenis bahan makanan apa yang sebaiknya merupakan produk organik, tidak harus seluruhnya. Misalnya jika Anda merasa khawatir dengan penggunaan pemutih pada beras, pilih beras organik. Memasukkan satu-dua item produk organik daripada tidak sama sekali.

5. Manfaatkan kupon potongan harga.

Saat ini produk pangan organik terus dipopulerkan. Sejumlah hipermarket bahkan secara berkala memberikan potongan harga pada beberapa produk organik yang dijualnya. Manfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapatkan produk pangan yang sehat.

6. Tanam sendiri
Menanam sayuran tak selalu harus dilakukan di lahan yang luas. Di halaman depan rumah atau di pot pun bisa. Anda bisa mencoba dengan jenis sayuran yang mudah ditanam, misalnya cabai, tomat, seledri, atau selada. Gunakan media tanam yang sesuai dan hindari pestisida dalam perawatannya. Lalu nikmati panen pangan organik dari ‘kebun’ sendiri.

Pemasaran Kacang Mete Organik

Pemasaran Kacang Mete Organik Flores Tembus Empat Negara
Tuesday September 16th 2008, 7:46 pm
Filed under: Uncategorized

KOMPAS-Selasa, 16 September 2008 | 19:06 WIB

ENDE, SELASA - Tahun ini pemasaran kacang mete organik dari kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur menembus pasar ekspor ke empat negara, yaitu Amerika Serikat, Singapura, Jerman, dan Australia. Sementara pada tahun lalu, ekspor kacang mete organik itu hanya ke AS, Jerman, dan Singapura dengan total sebesar 17,5 ton. Omzet ekspor waktu itu berkisar Rp1,4 miliar.

“Tahun ini ekspor tak hanya ke Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura, pihak Australia telah memastikan pemesanan. Banyak dari kalangan buyer dari luar negeri kini mengakui, kualitas kacang mete organik dari Flores kualitasnya terbaik di dunia dibandingkan dengan India dan Afrika,” kata Pemilik Usaha Dagang (UD) Nusa Permai Sucahyo Lukito, Selasa (16/9), di Ende, Flores.

Kacang mete organik produksi UD Nusa Permai di Kabupaten Ende mampu menembus pasar AS dan Eropa, sebab perusahaan keluarga itu telah memiliki sertifikat organik sejak tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Institute for Marketecology (IMO) Switzerland, lembaga sertifikasi internasional. (more…)

Membangun Kejayaan Teh dan Kopi

Membangun Kejayaan Teh dan Kopi
Thursday August 21st 2008, 12:02 pm
Filed under: Uncategorized

KOMPAS - Rabu, 20 Agustus 2008 | 08:05 WIB

Bondan Winarno
Di antara Temanggung dan Wonosobo, saya termangu dua kali. Di Desa Rowoseneng, dekat Temanggung, ada sebuah biara Katolik di tengah kebun kopi yang sangat luas. Tempat ini dikenal oleh umat Katolik yang menjadikannya sebagai tempat retret. Kopi dari Rowoseneng juga terkenal di kalangan penggemar kopi.

Beberapa belas kilometer dari Rowoseneng, di sebuah desa bernama Tambi, ada pula sebuah perkebunan teh yang luas. Perkebunan ini sudah mulai beroperasi sejak zaman Hindia-Belanda dulu. Bahkan, selain teh, di kebun ini dulu juga ditanam banyak pohon kina. Maklum, malaria saat itu sedang mewabah di dunia, dan pil kina diperlukan dalam jumlah besar.

Ada beberapa hal yang membuat saya termangu dengan nurani terusik. Pertama, di Rowoseneng saya melihat puluhan pekerja perempuan pemanen kopi yang harus berjalan beberapa kilometer mendaki dan menuruni bukit dengan memanggul karung berisi buah kopi seberat rata-rata 60 kilogram. Ada sentuhan kasih Katolik yang tampak di sana. Semua perempuan itu mengenakan sepatu kets seragam.
(more…)