Senin, 19 Januari 2015

SMAN 3 Denpasar Belajar di Green School

SEBANYAK 34 siswa SMAN 3 Denpasar kelas XII IPA belajar ke Pak Oles Green School (POGS) di Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar, Sabtu (23/8/2014). Pagi itu rombongan siswa diterima oleh Kepala POGS, Koentjoro Adijanto. Kehadiran siswa tersebut bertujuan mengaplikasikan pelajaran yang didapat di sekolah.
Dra. Ni LB Kartini, pendamping siswa yang juga guru biologi di SMAN 3 Denpasar mengatakan tujuan berkunjung ke POGS merupakan upaya mengaplikasikan proses pembelajaran di sekolah dengan kenyataan di masyarakat dan sekaligus sebagai pembekalan pengetahuan siswa serta pembentukan sikap menatal yang berkarakter.

 Belajar di Pak Oles Green School

“Apa yang siswa terima selama ini di dalam kelas bisa mereka aplikasikan di sini. Siswa dapat bersentuhan langsung dengan tanaman yang terdapat di kebun Pak Oles,” ujar Kartini, ditemani Dra. Ni Wayan Atiri Dana dan Kadek Wiramarta SP.d.

Sementara itu Kepala POGS, Koentjoro Adijanto menceritakan cikal bakal berdirinya PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT) yang bergerak dalam bidang obat tradisional dan pupuk untuk pertanian. Selain itu juga memberikan informasi terkait berbagai jenis tanaman yang memiliki khasiat obat yang selama ini dipakai Industri Obat Tradisinal (IOT) KPOT. Selain itu siswa juga digiring untuk melihat berbagai jenis tanaman obat yang terdapat di arel seluas 40 are itu.

Beberapa siswa terlihat serius mengamati berbagai jenis tanaman obat. Selain itu mereka juga diajak melihat budidaya cacing yang terdapat di POGS. Ni Komang Asri Novita Sari, salah satu siswa mengaku sangat terkesan dengan berbagai tanaman obat yang ada di kebun Pak Oles. Menurutnya ada beberapa jenis tanaman yang sering ia lihat namun tidak tahu kalau tanaman tersebut memiliki khasiat obat.
”Sangat menarik, di sini terdapat banyak tumbuhan obat dan juga berhubungan dengan pelajaran di sekolah,” ujarnya ditemani Ni Kadek Sriwahyuni. renon WIR (KPO)

Study Banding Kunjungan Industri Mahasiswa Stikes Mega Rezky Makassar di Bali

 Perdalam Tanaman Obat di Pak Oles Green School

SEBANYAK 40 mahasiswa Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mega Rezky Makassar didampingi dua dosen melakukan kunjungan industrike tanaman obat Ramuan Pak Oles di Pak Oles Green School (POGS) Jalan Waribang, Kesiman, Denpasar Timur, Senin (17/11/2014). Rombongan mahasiswa diterima penanggung jawab POGS, Koentjoro Adijanto dan I Made Adi Suyasa, S.Farm, Apt,  selaku Kepala Bagian Pemastian Mutu (QA) untuk pabrik I produksi Ramuan Pak Oles.

Sekretaris Prodi D3 Farmasi, Sirayul Firdaus, S.Si., mengatakan kehadiran mahasiswa Stikes Mega Rezky ke Indusutri Obat Tradisional (IOT) PT Karya Pak Oles Tokcer (KPOT)  merupakan program kunjungan industri yang rutin dilakukan setiap tahun. “Kunjungan ke tanaman obat Pak Oles, kami harapkan dapat menambah wawasan mahasiswa terkait herbal, karena selam ini mereka hanya medapatkan toeri di kelas. Disini bisa tahu pemanfaatan  simplisia dari proses awal hingga menjadi sebuah produk yang dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat,” ujar Firdaus.

Firdaus mengungkapkan,  “Kunjungan industri ini dilakukan selama delapan hari, selain ke berbagai industri juga menyasar lokasi obyek wisata yang terkenal didaerah kunjungan,” tutup Sirayul. Dalam kunjungan ke POGS, rombongan mahasiswa Stikes Mega Rezky mendapat penjelasan dari I Made Adi Suyasa terkait sejarah PT KPOT. Dimana cikal bakal berdirinya KPOT adalah di Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng pada 1997.
“Di mana awalnya masih merupakan industri rumah tangga menghasilkan  satu produk yaitu Minyak Oles Bokashi. Pada tahun 2000 berkembang menjadi Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Seiring bertambahnya jumlah item produk yang diproduksi berkembang menjadi Industri Obat Tradisional (IOT) KPOT yang berstandar BPOM,” ujar Adi. Adi juga menambahkan bila sebuah industri obat telah mengantongi tersertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Benar (CPOTB) berarti produk yang dihasilkan dari segi mutu dan keamanan telah terjaga.

 http://www.koranrenon.com/wp-content/uploads/2014/11/Stikes-ke-POGS-2.jpg
Setelah mendapat cukup penjelasan, rombongan mahasiswa digiring keliling kebun untuk melihat berbagai jenis tanaman obat yang merupakan miniatur dari bahan baku Produk Ramuan Pak Oles di kebun seluas 40 are dibawah bimbingan Koentjoro. Sisih berganti mahasiswa melemparkan pertanyan terkait jenis tumbuhan dan maanfaatnya. Selain , rombongan juga dapat melihat budidaya cacing dan belut dengan sistem tumpang sari. * WIR (KPO)

Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) bekerjasama dengan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP)

IPSA didirikan pada tahun 1997 di desa Bengkel Kec. Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Bali

IPSA didirikan berdasarkan hasil kerjasama beberapa lembaga antara lain Indonesia Kyusei Nature Farming Societies (IKNFS), Efective Microorganis Research Organitation (EMRO), Asian Pasific Natural Agricultural Network (APNAN), International Nature Farming Research center (INFRC). 


Latar belakang IPSA menekuni usaha Penerapan Teknologi EM dalam budidaya ikan. Teknologi Effective Microorganisme (EM) merupakan kultur campuran microorganism bermanfaat, sebagaian besar terdiri dari bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonos sp), bakteri asam laktat (lactobacillus sp) dan ragi / yeast (saccharomyces sp). Karena manfaatnya yang begitu luas, maka teknologi EM mendapat perhatian khusus dalam program pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh IPSA. Latar belakang IPSA menjadikan tempat usahanya sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dikarenakan ingin berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi dan pengalaman kepada masyarakat lain yang membutuhkan terutama di sekitar usahanya. Upaya peningkatan SDM sudah dimulai sebelum IPSA dikukuhkan sebagai P2MKP yaitu melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar tentang Penerapan Teknologi EM dalam budidaya ikan. Selain hal tersebut IPSA juga mempunyai komitmen membantu program pemerintah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dan tercapainya harapan pemerintah dibidang budidaya perikanan, juga rasa tanggung jawab berbuat kepada masyarakat.





Keberhasilan IPSA dalam mengembangkan teknologi EM dalam budidaya ikan, pertanian organic dan obat tradisional yang telah dicapai merupakan suatu proses perjalanan yang dilakukan secara bertahap dan konsisten. IPSA merupakan model percontohan pengembangan teknologi baru dalam berbudidaya ikan di Indonesia. Berbagai kalangan masyarakat baik secara pribadi, kelompok maupun instansi dari dalam dan luar negeri telah melihat keberhasilan IPSA. Sampai dengan saat ini lebih dari sepuluh ribu orang telah berkunjung ke IPSA.

Selasa, 06 Januari 2015

Teh Herbal Murbei Bukit Hexon

Teh Murbei

Tanaman Murbei (Moeus alba L) sebagai makanan utama ulat sutera.

  
 
 Teh murbei yang dalam bahasa China disebut dengan Sang ye dibuat dari daun murbei yang dikeringkan secara higenis. Teh murbei disebut berkhasiat sebagai obat karena daun tanaman ini mengandung lemak jenuh kolesterol rendah, natrium dan vitamin C, vitamin K, magnesium, kalium dan besi. Sudah sejak lama, murbei dikenal sebagai sumber resveratrol, -senyawa bersifat anti kanker. Pada tanaman murbei juga ada zat anthocyanin, -suatu zat yang dapat mencegah penyakit kardiovaskuler. Dalam kandungan senyawa, teh murbei berkhasiat mengatasi berbagai penyakit. Konsumsi teh murbei dapat memblokir penyerapan gula. Mengatasi dan menjaga kesehatan penderita diabetes agar tetap sehat.

Selain itu, konsumsi rutin teh murbei dapat menjaga kesehatan ginjal seperti darah kotor, kencing manis, keputihan, gangguan narkoba, asam urat, sakit kepala, kolesterol, pengeroposan tulang, insimnia serta keracunan obat atau makanan. Teh murbei juga dapat memulihkan stamina, hilangkan panas dalam, mencegah stroke, menyeimbangkan berat badan, dan melancarkan buang air besar atau sembelit, menurunkan pengumpulan lemak di hati, menormalkan tekanan darah, dan menetralkan racun karena bersifat detoksifikasi.

Sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Diabetes Care per Mei/2007 disebutkan, pada daun murbei ditemukan zat yang dapat mengurangi kadar glukosa. Antioksidan dalam teh membangun system kekebalan tubuh dan mengurangi kolesterol jahat. Penelitian lain yang dilakukan ilmuwan di Jepang dan Thailand menunjukkan, daun murbei hijau yang dibuat teh menjadi perisai terhadap tekanan darah tinggi. Penemuan itu dapat menguntungkan orang-orang yang mengidap kadar kolesterol tinggi. Teh murbei sudah banyak dijual dipasaran dengan kemasan beragam, baik berbentuk bubuk, maupun kemasan siap seduh.

Harga 1 box Rp. 30.000 isi 25 pcs

IPSA (Institut Pengembangan Sumber Daya Alam)

Profil Pusdiklat Teknologi EM (IPSA)

IPSA dirikan oleh Gede Ngurah Wididana pada tahun 1997. Lembaga ini didirikan atas hasil kerjasama antara beberapa lembaga antara lain IKNFS (Indonesian Kyusei Nature Farming Societies), EMRO (Effective Microorganisms Research Organization), APNAN (Asia Pasific Natural Agricultural Network), dan INFRC (International Nature Farming Research Centre). IPSA merupakan sebuah lembaga pengembangan dan penelitian sumberdaya alam yang mencakup bidang ilmu pengetahuan dan teknologi guna mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya alam untuk pembangunan yang berkelanjutan. 

IPSA membangun pusat pendidikan dan penelitian Teknologi EM (Effective Microorganisms) di Desa Bengkel, Kecamatan Busung Biu, Buleleng. Pelatihan Teknologi EM dilakukan setiap bulan sekali secara periodik sejak tahun 1997. Sampai 2014, IPSA telah berhasil melatih sebanyak 10.000 orang dengan yang bersertifikat lebih dari 5.000 orang dalam 303 angkatan. 

Foto Kebun IPSA dan Bersama Peserta Pelatihan dari Riau

Di areal IPSA terdapat berbagai jenis tanaman rempah dan obat seluas 7 Ha, yang berfungsi sebagai kebun produksi untuk memasok kebutuhan bahan baku Industri Obat Tradisional (Jamu) PT. Karya Pak Oles Tokcer. Di areal IPSA juga terdapat industri obat tradisional Pak Oles, Industri Kopi Organik Bukit Hexon, Industri Teh herbal Bukit Hexon, Industri Pupuk Organik Cair EM 4, serta stasiun penyiaran Radio Hexon.